Langsung ke konten utama

Memuji Rasulullah SAW yang di larang

Menanggapi dakwaan kalangan yang memvonis sesat ummat Islam yang bergembira untuk memperingati dan merayakan maulid Nabi Muhammad saw yang membaca dan menghayati pembacaan kisah Nabi Muhammad saw yang dimulai dari kelahirannya, keturunannya, keluarganya, sifat dan karakteristiknya sampai pada perjuangannya yang sering dibacakan dari kitab-kitab seperti Al-Barzanji, Ad-Diba’i, Simtudh-Dhurar, Dhiyaul-Lami’ ataupun kitab-kitab kisah lainnya bahwa hal tersebut adalah sebuah pengkultusan kepada Nabi Muhammad saw sebagaimana pengkultusan ummat Nashrani kepada Nabi ‘Isa ‘as, maka hal itu adalah dakwaan yang sangat keliru dan memperlihatkan kedangkalan pemikiran mereka dalam menelisik dan memahami dalil-dalil yang dikemukakan oleh Syari’.

Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Ibn ‘Abbas ra :

حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ يَقُولُ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ سَمِعَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ عَلَى الْمِنْبَرِسَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

“Ibn ‘Abbas ra mendengar ‘Umar ra berkhutbah di atas mimbar :”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :”Janganlah engkau memujiku (dengan berlebihan) seperti kaum Nashrani memuji anak laki-laki maryam karena aku hanyalah hamba Nya. Maka ucapkanlah bahwa Muhammad hanyalah seorang hamba Allah SWT dan utusan Nya”.

Resapilah maksud dari perkataan Nabi saw tersebut. Pengkultusan yang dilarang oleh Nabi Muhammad saw kepada dirinya adalah pengkultusan yang menyerupai pengkultusan ummat Nashrani kepada ‘Isa ‘as, yaitu anggapan mereka bahwa ‘Isa ‘as adalah anak Allah SWT yang berhak juga untuk disembah sebagai Tuhan.
Hal demikian tentu saja sangat jauh berbeda dengan lantunan puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw yang terdapat dalam Kitab-Kitab kisah maulid Nabi saw tersebut. Pujian yang disematkan kepada Nabi saw tidaklah sampai mencabut status Nabi saw sebagai manusia biasa dan menganggapnya sebagai manifesto Tuhan di permukaan bumi ini.

Inilah yang di gambarkan oleh Imam al-Bushiri dalam qasidah Burdahnya :
دع ما ادعته النصارى فى نبيهم * واحكم بما شئت مدحا فيه واحتكم
فانسب إلى ذاته ما شئت من شرف * واسب إلى قدره ما شئت من عظم
فإن فضل رسول الله لـيس له * حـد فيغرب عنه نـاطق بفـم

Tinggalkan tuduhan orang nasrani .yang dilontarkan kepada Nabi mereka
Tetapkanlah untaian pijian kepada Nabi . Pujian apapun yang engkau suka
Nisbahkan kepad Zat Nabi . Segala kemuliaan yang engkau kehendaki
Nisbahkan kepada martabat Nabi . Segala keagungan yang engkau kehendaki
Karena keutamaan Rasul Allah Ta`ala . Tiada tepi batasnya
Sehingga mengurai mudah terasa Bagi lisan yang berkata

Adapun melantunkan syair pujian kepada Rasulullah SAW para shahabat Rasulullah sendiri juga melakukan hal yang serupa. Imam Muslim meriwayatkan satuhadits dari Hasan Bin Tsabit ra :
قَالَ عَمْرٌو : حدثنا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، عَنِ الزّهْرِئ ، عَنْ سَعِيد ، عَنْ أبِى هُرَيْرَةَ ؟ انَّ عُمَرَ مَرَّ بِحَسَّانَ وَهُوَ يُنْشدُ الشِّعْرَ فِى المَسْجد ، فَلَحَظَ إِلَيْهِ .فَقَاذَ : قَدْ كُنْتُ أنشِدُ وَفيه مَنْ هُوَ خَيْر مِنْكَ ، ثُمَّ التًفَتَ إِلَى أَبِى هُرَيْرَةً ، فَقَالَ : انْشُدُكَ اللّهَ ، اسمِعْتَ رَسُولَ الَلّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ :اجِبْ عنِّى ، اللهُمَّ إلِّدْهُ بِرُوح القُدُسِ لما ؟ قَالَ : اللّهُمَّ ، نَعَمْ

“Sesungguhnya ‘Umar ra menegur Hasan ra yang sedang melantunkan sya’ir di dalam Mesjid, maka Hasan ra berkata :”Sungguh aku telah melantunkan ini dihadapan orang yang lebih baik daripada engkau (yaitu Rasulullah saw). Kemudian Hasan ra berpaling kepada Abu Hurairah ra, maka berkatalah ia :”Bukankah saat melantunkan sya’ir ini Rasulullah saw mendengarkanku seraya berkata menjawabnya dariku :”Ya Allah, bantulah ia dengan (kekuasaan) Ruhul-Qudus?” Abu Hurairah ra menjawab :”Ya Allah,,, benar”.

Imam Al-Hakim rahimahullah meriwayatkan dari ‘Abbas bin ‘Abdul-Muththalib ra:
حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا أبو البختري عبد الله بن محمد بن شاكر ثنا زكريا بن يحيى الخزاز ثنا عم أبي زحر بن حصين عن جده حميد بن منهب قال : سمعت جدي خريم بن أوس بن حارثة بن لام رضي الله عنه يقول : هاجرت إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم منصرفه من تبوك فأسلمت فسمعت العباس بن عبد المطلب يقول : يا رسول الله إني أريد أن أمتدحك فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : قل لا يفضفض الله فاك قال : فقال العباس :
( من قبلها طبت في الظلال و في مستودع حيث يخصف الورق )
( ثم هبطت البلاد لا بشر أنت و لا مضغة و لا علق )
( بل نطفة تركب السفين و قد ألجم نسرا و أهله الغرق )
( تنقل من صالب إلى رحم إذا مضى عالم بدا طبق )
( حتى احتوى بيتك المهين من خندق علياء تحتها النطق )
( و أنت لما ولدت أشرقت الأ رض و ضاءت بنورك الأفق )
( فنحن في ذلك الضياء و في النور و سبل الرشاد نخترق )

“,,,maka aku mendengar ‘Abbas bin ‘Abdul-Muththalib ra berkata :”Ya Rasulullah, sesungguhnya aku ingin menyanjungmu.” Rasul saw menjawab :”Katakanlah…”. Maka ‘Abbas ra membacakan sya’irnya tersebut...”

Selain itu, Allah sendiri dalam al-quran sangat banyak memuji kepribadian Rasulullah SAW, maka sangat mengherankan bila kaum wahabi melarang memuji Rasulullah SAW.. 
Sumber:http://www.lintas.me/go/lbm.mudimesra.com/memuji-rasulullah-saw-yang-di-larang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Dayah Mudi Mesra Samalanga Kab.Bireun NAD

MUDI MESRA Adalah sebuah pesantren atau dalam istilah orang aceh disebut dengan Dayah, yang terletak didesa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireun.. Dayah ini telah berdiri sejak zaman  Sultan Iskandar Muda    dayah ini terus berkembang dan saat ini menjadi dayah terbesar di Aceh. Saat ini dayah MUDI Mesra berada di bawah pimpinan Syekh Hasanul Basri HG ( Abu MUDI) dengan jumlah santri lebih kurang 6000 orang. 1 . IDENTITAS DAYAH MUDI MESRA a. Sejarah Berdirinya Pesantren MUDI Mesra.Lembaga Pendidikan Islam Ma`hadal Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya berlokasi di desa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tepatnya di sebelah barat kota industri Lhokseumawe kira-kira 100 km. (Note: pintu gerbang komplek putra) D ayah ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya pada masa Sultan Iskandar Muda. Pimpinan dayah yang pertama d...

Hukum Main atau Menonton Sepak Bola dalam Islam

Ayo coba cari tahu dengan membaca artikel ini tentang bagaimana sih sebenarnya Main atau Nonton Bola dalam perspektif Agama Islam. boleh atau tidak sebenarnya, jangan sampai kita tidak tahu menahu kalau setiap sesuatunya, diperbolehkan atau tidak diperbolehkannya paling tidak ada sebuah alasan tersendiri disana dalam islam, berikut penjelasan dari Syaikh Abuya Muda Waly Al Khalidy. Main bola itu kalau dengan tidak meninggalkan sembahyang dan tidak terbuka aurat dan bukan untuk mencari uang dan bukan untuk bertanding yang membawa kerusakan dan tidak pula merusakkan marwah maka kalau seperti yang telah tersebut itu hukumnya adalah harus (boleh) tetapi kalau ada salah satu yang tersebut di atas itu maka hukumnya haram. Nashnya dalam kitab Syarqawi juzuk 2 nomor 424 : قوله وبندق) اى يرمى به إلى حفرة ونحوها به والمراد ما يؤكل ويلعب به فى العيد . أما بندق الرصاص والطين فتصح المسابقة عليه ولو بعوض خلافا للمصنف كما سيأتى لأن له نكاية فى الحرب أشد من السهام (قوله وعوم) اى...

Dayah tertua di KOTA LANGSA

Dayah Darul Huda didirikan oleh ulama yang dikenal dengan sebutan Abi Sungai Paoh, dengan nama lengkap Tgk H Usman Basyah (alm) pada tahun 1962 di Gampong Sungai Paoh Kota Langsa. Abi Sungai Paoh lahir di Geudong, Aceh Utara, tahun 1936.  Abi Sungai Paoh meninggal dunia pada tahun 2004, dan mewariskan Dayah Darul Huda pada putranya Tgk H Syeh Muhajir Usman S Ag LLM, anak ke lima dari sembilan bersaudara. Selama 52 tahun berdiri, dayah tersebut telah melahirkan sedikitnya 2.000 lebih alumni dari berbagai pelosok daerah di Aceh dan luar daerah Serambi Mekkah ini. Tgk H Syeh Muhajir Usman yang lahir pada 15 Maret 1975 itu akrap dipanggil Tgk Syeh. Di bawah pimpinan Tgk Syeh, dayah tersebut telah berkembang dengan pesat. Saat ini santri di Dayah Darul Huda ini mencapai 400 orang lebih dengan pengajar tetap 35 orang, serta guru tidak tetap 23 orang. Karir pendidikan Tgk Syeh antara lain, tahun 1981 hingga 1993 pertama kali menjadi santri yang dipimpin ayahandanya (D...