Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Tauhid

Mempelajari Mabadi Imu Tauhid

 Setiap ilmu yang kita pelajari ada permulaannya maka permulaan tiap-tiap ilmu ada sepuluh, sepertimana disebut pada sya’ir : إن مبادى كل فن عشرة * الحد والمضوع ثم الثمره وفضله ونسبة والواضع * والاسم الاستمداد حكم الشارع مسائل والبعض بالبعض اكتفى * ومن درى الجميع حاز الشرفا Permulaan tiap-tiap ilmu ada sepuluh; pengenalannya, tempat perbahasannya, fa-idah mempelajarinya, kelebihannya, bandingannya dengan ilmu yang lain, orang yang mula-mula membukukannya, namanya, tempat keluar, hukum syarak mempelajarinya, dan masalah yang dibahaskan; Sebahagian permulaan ilmu memadai dengan sebahagiannya, sesiapa yang mengetahui sekaliannya mendapat kemulian yang besar. Tauhid menurut bahasa, mengetahui suatu itu tunggal. Kata “ T auhid” adalah bentuk mashdar dari kata wahhada – yuwahhidu – tauhiid Tauhid pada istilah, ilmu yang membahas tentang ‘aqidah menurut agama dengan dalil-dalil yang diyakini atau ilmu penyelidikan tentang aqidah menurut agama dengan keterangan yang diyakini. De

Allah Maha Esa

   Para ulama Ahli sunnah wal Jamaah menyatakan bahwa hakikat keesaan (wahdaniyah) adalah tiada ta’adud (banyak) pada zat, sifat dan perbuatan Allah. Maka, tiada yang menyerupai Allah SWT baik dari segi zat, sifat maupun af’alNya. Dan yang dikatakan dengan tauhid (meng-esakan) adalah melakukan ibadat hanya kepada Zat yang disembah serta mengi’tikadkan esanya zat, sifat, dan af’al tuhan. Maka Keesaan Allah ada pada tiga hal yaitu tauhid pada zat, tauhid pada sifat dan tauhid pada af’al. Tauhid pada zat di ambil dari firman Allah dalam surat al-Ikhlash ayat 1 : قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ   katakanlah bahwa Allah itu esa Dalam ayat ini dapat di pahami bahwa zat Allah hanya satu (wahdaniyah). Sedangkan tauhid pada sifat di ambil dari firman Allah dalam surat syura ayat 11 : لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ   tidak ada yang semisil bagi Allah sesuatupun . dan juga dari firman Allah surat al-Ikhlash ayat 4 : وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ   dan

Siapa Syiah itu ?

Apakah syiah itu ? Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam Islam. Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut Ahli Bid’ah. Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran Syiah Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah Khumainiyah.  Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita.  Tokoh-tokoh

Memahami Benarkah Berizarah, Tawasol adalah menyembah Kubur

Salah satu tuduhuan kaum wahabi salafi dan pengikut mereka kepada kaum Muslimin Aswaja adalah kuburiyun (penyembah kubur), pelaku amalan syirik, bid'ah, khurafat dan tuduhan keji lainnya. Vonis demikian memenuhi tulisan-tulisan mereka baik di buku-buku mereka maupun di dunia maya. Tuduhan syirik merupakan tuduhan yang paling besar, karena tiada dosa yang paling besar melainkan syirik kepada Allah. Anehnya ketika kaum Kaum Ahlus sunnah wal Jamaah membalasnya dengan menyatakan bahwa dasar-dasar pemahaman mereka adalah sesat maka mereka sangat marah. Padahal tuduhan mereka lebih keji dari balasan sanggahan yang di lakukan oleh kaum ASWAJA. Mereka memvonis kaum kaum ASWAJA sebagai pelaku amalan syirik yang artinya kaum ASWAJA adalah kaum musyrik,(maka jangan heran bila melihat di beberapa negara di saat mereka mempunyai kekuasaan, mereka berani membunuh kaum muslimin sambil teriak Allahu Akbar , karena dalam keyakinan mereka, yang di bunuh tersebut adalah orang mus

Beberapa hal yang Mengkafirkan

Salah satu prinsip para ulama Ahlus sunnah adalah tidak akan seenaknya mengkafirkan kaum muslim yang lain walaupun berbeda keyakinan dan mengerjakan dosa-dosa besar. Sehingga mereka tidak mengkafirkan kaum Mu`tazillah yang sesat, tidak seperti kaum khawarij (wahaby/salafy sekarang) dengan mudahnya mereka mencap syirik dan kafir kepada golongan yang tidak sepaham dengan mereka. Namun bukan berarti mereka tidak tegas dalam menyikapi perihal yang menyimpang dari aqidah. Untuk menjaga aqidah ummat maka perlu disebutkan mana saja yang dapat menyebabkan seseorang menjadi kafir/murtad. Hal-hal yang menyebabkan seorang muslim menjadi kafir adalah semua yang dilakukan secara sengaja yang menunjuki kepada meremehkan agama secara shareh (jelas) baik berupa perkataan atau perbuatan yang dilakukan karena memang berdasarkan keyakinan, karena keras kepala atau hanya sebagai memperolok-olok.[1] Contoh keyakinan yang dapat menyebabkan kekufuran: Bercita-cita menjadi ka

Tanggapan Maulana Syeikh Muda Wali tentang Thariqat Naqsyabandiyah

Syekh Abuya Muda Waly Salah satu hal yang diperdebatkan dalam Masalah Thariqat Naqsyabandiyah adalah Rabithah dengan Mursyid yang dilakukan ketika Tawajuh. Sebagian ulama menolak legalitas Rabitah tersebut. Salah seorang ulama Ahlsu sunnah yang pernah menolak Rabitah tersebut adalah Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, ulama besar asal Padang yang menjadi Khatib di Masjidil Haram. Beliau mengarang sebuah kitab untuk menolak Rabithah tersebut, yaitu kitab Izhar Zighlil-Kazibin dalam bahasa Arab Melayu, namun kitab beliau tersebut dijawab oleh seorang ulama besar asal Padang juga, Syeikh Sa`ad Mungkar Tua dengan kitab beliau Irghamu Unufil Muta`annitin , polemik antara dua ulama bermazhab Syafii ini berlangsung seru. Untuk menjawab kitab Syeikh Sa`ad Munka, Syeikh Ahmad Khatib menulis kitab kedua as Saiful Battar dan akhirnya Syeikh Sa`ad Munka menjawabnya dengan kitab beliau Tanbihul Awam . Akhirnya kebenaran berada di pihak Syeikh Sa`ad Munka. Syeikh Muda Waly

Jawaban Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami tentang menghidangkan makanan di hari kematian

Syaikhul Islam Imam Ibnu Hajar al-Haitami (907-974 H/1504-1567 M) merupakan seorang ulama mutaakhirin Mazhab Syafii yang memiliki pengaruh yang besar dalalam mazhab Syafii. Kitab-kitab beliau menjadi rujukan utama bagi ulama-ulama Mazhab Syafii semasa beliau hingga zaman sekarang. Semua kitab-kitab fiqk Mazhab Syafii yang di karang pada masa sesudah beliau tidak terlepas dari pendapat-pendapat beliau bersama dengan Imam Ramli Salah satu kitab beliau yang banyak di jadikan rujukan adalah kitab Fatawa Kubra Fiqhiyyah yang terdiri dari 4 jilid berisi fatwa-fatwa beliau seputar masalah-masalah fiqih. Salah satu yang pernah di tanyakan kepada beliau adalah hukum menyediakan makanan pada hari kematian yang pada masa beliau memang telah menjadi tradisi hingga sekarang. Bagaimanakah jawaban Syeikh Ibnu Hajar, mari kita buka kitab Fatawa Kubra Fiqhiyyah jilid 2 hal 32 Dar Fikr!! "وسئل" نفع الله به عن العزاء الذي يفعلونه ببلاد اليمن قد يفعله أجنبي ويطلب الرجوع

Pengertian Bid'ah Menurut Ahlusunnah Waljama'ah

Salah satu senjata utama kaum wahaby (khawarij zaman ini) adalah kata bid'ah. Dalam setiap pemahasan mereka tidak terlepas dari kata-kata bid'ah. Dengan jurus bid'ah pula mereka menyesatkan para ulama-ulama besar dan mayoritas kaum mulimin. Dalam menafsirkan makna bid'ah mereka menolak penafsiran para ulama-ulama besar dan hanya menerima penafsiran yang di lakukan oleh tokoh-tokoh mereka (seperti al-bani, utsaimin, salih fauzan dll). Karena itu, maka kami pihak LBM MUDI Mesjid Raya, merasa perlu membuat satu tulisan tentang pemahaman makna bid'ah berdasarkan pemahaman ulama Ahlus sunnah wal jamaah . Terlebih lagi banyak kalangan yang meminta kami untuk membahas masalah bid'ah. PENGERTIAN BID'AH SECARA ETIMOLOGI (BAHASA) Secara etimologi, bid'ah mempunyai 2 makna. Pertama, memulai dan mengerjakan hal yang baru tanpa ada didasari contoh. Makna ini berasal dari perkataan : أبْدعْتُ الشيءَ قولاً أو فِعلاً، إذا ابتدأتَه لا عن سابق مث