Langsung ke konten utama

Memahami Larangan Ulama terdahulu tentang Mempelajari Ilmu Kalam

Bagaimana kita memahami larangan dari sebagian ulama terdahulu untuk mempelajari ilmu kalam dan peringatan mereka?

Nash-nash yang di bawakan oleh sebagian kalangan dalam mencela orang-orang yang mendalami ilmu ini (ilmu kalam) - dan mereka menisbahkannya kepada sebagian ulama salaf – tidak terlepas dari beberapa kemungkinan:
  • Para ulama salaf melarang pembahasan tentang ilmu aqidah secara mutlak baik yang shahih maupun yang batil. Kemungkinan ini adalah kemungkinan yang tertolak karena dari dalil-dalil syar`iyah bisa di ketahui bahwa mempelajari ilmu ini adalah wajib. Kemungkinan ini bukanlah maksud mereka dari ucapan-ucapan yang di riwayatkan dari ulama salaf.
  • Kemungkinan larangan tersebut di tujukan terhadap mubtadi` dan orang yang melenceng dari jalan Ahlus sunah dan aqidah yang benar. Ini adalah larangan yang benar. Salah satu hal yang wajib bagi manusia adalah menjauhi jalan yang bathil. Hanya atas kemungkinan inilah, para ulama dan umat Islam menempatkan larangan dan peringatan dari ulama salaf (terhadap ilmu kalam tersebut).
  • Adakala di katakan bahwa larangan ini di tujukan secara mutlak kepada setiap orang yang mendalaminya baik berasal dari ahlul haq ataupun dari ahlul bathil. Ini tentu hal yang batil secara pasti, dan tidak akan di terima kecuali hanya oleh orang-orang yang hatinya telah tertutup
Ketahuilah, bahwa kaum hasyawiyah mujassimah (baca; salafi/wahabi) dan dan orang-orang yang mendakwakan dirinya sebagai golongan pengikut salaf shalih secara khusus pada zaman ini, - padahal para ulama salaf terlepas dari mereka - mereka sungguh telah berlebihan dalam melarang mendalami ilmu kalam, tidak ada lain sebab yang mendorong mereka bersikap demikian kecuali karena orang yang mendalami ilmu kalam dan memahami ushul-ushulnya serta memahami yang haq dalam ilmu kalam, maka baginya akan terbuka baginya secara sempurna bahwa mazhab mereka (salafi/wahabi) adalah mazhab yang batil, yakni mazhab mujassimah yang menyatakan adanya batasan, arah, tempat, gerak, dan sifat hawadits bagi Allah ta`ala dan hal-hal yang rusak lainnya.

Maka dapatlah kita ketahui bahwa pelarangan mereka yang mendakwakan dirinya sebagai pengikut salaf dari mendalami ilmu yang mulia ini hanyalah untuk bertujuan untuk menjaga mazhab mereka supaya tidak terbuka aibnya di hadapan umat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Dayah Mudi Mesra Samalanga Kab.Bireun NAD

MUDI MESRA Adalah sebuah pesantren atau dalam istilah orang aceh disebut dengan Dayah, yang terletak didesa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireun.. Dayah ini telah berdiri sejak zaman  Sultan Iskandar Muda    dayah ini terus berkembang dan saat ini menjadi dayah terbesar di Aceh. Saat ini dayah MUDI Mesra berada di bawah pimpinan Syekh Hasanul Basri HG ( Abu MUDI) dengan jumlah santri lebih kurang 6000 orang. 1 . IDENTITAS DAYAH MUDI MESRA a. Sejarah Berdirinya Pesantren MUDI Mesra.Lembaga Pendidikan Islam Ma`hadal Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya berlokasi di desa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tepatnya di sebelah barat kota industri Lhokseumawe kira-kira 100 km. (Note: pintu gerbang komplek putra) D ayah ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya pada masa Sultan Iskandar Muda. Pimpinan dayah yang pertama d...

Kata Motivasi Islam Imam Al ghazali

Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar  Hujjatul Islam   karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti   al-Junaid Sabili   dan   Bayazid Busthami . Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti   Mekkah ,   Madinah ,   Jerusalem , dan   Mesir . Ia terkenal sebagai ahli   filsafat Islam   yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu ti...

Nasehat Imam Syafi'i tentang menuntut Ilmu

 Tuntutlah ilmu hinga liang lahat, bukankah ini pertanda pentungnya ilmu dan tidak ada kata berhenti mencari ilmu dan tidak juga kata cukup dalam menuntut ilmu. Imam Syafi'i rahimallahu mengatakan dalam sebuah kitab Ta'lim muta'allim karangan Syekh Az-Zarnuji, Imam al-Zarnji Terlahir dengan nama Burhanuddin al-Zarnuji, sebagian menyebutkan bahwa namanya adalah Syeikh Ibrahim bin Isma'il Al Zarnuji. Jika dilihat dari nisbahnya, yaitu Az-Zarnuji, maka sebagian peneliti mengatakan bahwa ia berasal dari Zaradj, yakni suatu daerah yang kini dikenal dengan nama Afganistan. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:   لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ Ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara : Cerdas, Semangat (Antusias), Kesungguhan, Bekal, Bergaul dengan guru, Waktu yang lama.” Kecerdasan . Sesuatu hal yang bisa ki...