Dalam Hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar RA, ia berkata,
’’Rasulullah telah memfardhukan (mewajibkan) Zakat fitrah satu sha’ tamar atau satu sha’ gandum atas hamba sahaya, orang merdeka, baik laki-laki maupun perempuan, baik kecil maupun tua dari kalangan kaum Muslimin; dan beliau menyuruh agar dikeluarkan sebelum masyarakat pergi ke tempat shalat Idul Fitri. ” (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari III :367 no:1503).
Dari Ibnu Abbas RA berkata, “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan yang kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum (selesai) shalat ‘id, maka itu adalah zakat yang diterima (oleh Allah); dan siapa saja yang mengeluarkannya sesuai shalat ‘id, maka itu adalah shadaqah biasa, (bukan zakat fitrah).” (Hasan : Shahihul Ibnu Majah No: 1480).
Menurut jumhur ulama (Hanafiyah, Malikiyah, dan Hambaliyah), zakat fitrah boleh diberikan kepada salah satu dari delapan golongan. Mazhab Hanafiyah dan Malikiyah membolehkan zakat fitrah diberikan kepada seorang dari salah satu golongan delapan ashnaf. Sedangkan, menurut menurut Mazhab Syafi’iyah wajib diberikan kepada delapan golongan mustahiqqin (yang berhak menerima zakat), atau kepada yang ada.
Mazhab Hanafiyah berpendapat zakat fitrah wajib dikeluarkan dari empat bahan pokok yakni; gandum, gandum syair, kurma, dan anggur kering/kismis. Mazhab ini menyatakan boleh diberikan berupa harganya.
Menurut jumhur, zakat fitrah harus dikeluarkan dari makanan pokok yang berupa biji-bijian dan buah-buahan. Mazhab Malikiyah berpendapat bahwa bahan untuk zakat fitrah adalah gandum/syair/salat (sejenis syair), jagung, dakhon (jenis gandum /juwawut), kurma, kismis, atau keju.
Sedangkan, Menurut Syafi’iyah, bahan yang wajib dikeluarkan sebagai zakat yaitu bahan pokok setempat. Menurut Mazhab Hambali, wajib mengeluarkan gandum bur, gandum syair, kurma, kismis, dan keju. Kalau tidak ada cukup mengeluarkan bahan pokok dalam bentuk biji-bijian dan buah-buahan.
’’Rasulullah telah memfardhukan (mewajibkan) Zakat fitrah satu sha’ tamar atau satu sha’ gandum atas hamba sahaya, orang merdeka, baik laki-laki maupun perempuan, baik kecil maupun tua dari kalangan kaum Muslimin; dan beliau menyuruh agar dikeluarkan sebelum masyarakat pergi ke tempat shalat Idul Fitri. ” (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari III :367 no:1503).
Dari Ibnu Abbas RA berkata, “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan yang kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum (selesai) shalat ‘id, maka itu adalah zakat yang diterima (oleh Allah); dan siapa saja yang mengeluarkannya sesuai shalat ‘id, maka itu adalah shadaqah biasa, (bukan zakat fitrah).” (Hasan : Shahihul Ibnu Majah No: 1480).
Menurut jumhur ulama (Hanafiyah, Malikiyah, dan Hambaliyah), zakat fitrah boleh diberikan kepada salah satu dari delapan golongan. Mazhab Hanafiyah dan Malikiyah membolehkan zakat fitrah diberikan kepada seorang dari salah satu golongan delapan ashnaf. Sedangkan, menurut menurut Mazhab Syafi’iyah wajib diberikan kepada delapan golongan mustahiqqin (yang berhak menerima zakat), atau kepada yang ada.
Mazhab Hanafiyah berpendapat zakat fitrah wajib dikeluarkan dari empat bahan pokok yakni; gandum, gandum syair, kurma, dan anggur kering/kismis. Mazhab ini menyatakan boleh diberikan berupa harganya.
Menurut jumhur, zakat fitrah harus dikeluarkan dari makanan pokok yang berupa biji-bijian dan buah-buahan. Mazhab Malikiyah berpendapat bahwa bahan untuk zakat fitrah adalah gandum/syair/salat (sejenis syair), jagung, dakhon (jenis gandum /juwawut), kurma, kismis, atau keju.
Sedangkan, Menurut Syafi’iyah, bahan yang wajib dikeluarkan sebagai zakat yaitu bahan pokok setempat. Menurut Mazhab Hambali, wajib mengeluarkan gandum bur, gandum syair, kurma, kismis, dan keju. Kalau tidak ada cukup mengeluarkan bahan pokok dalam bentuk biji-bijian dan buah-buahan.
Komentar