Oleh Zon Di Jonggol pada 18 Juni 2014 pukul 23:51
Indonesia membutuhkan pemimpin yang menjadi dalang bukan wayang
Mereka menanggapi arsip berita pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/17/orang-dibelakang-capres/
tentang pokok permasalahan atau keberatan yang disampaikan oleh
beberapa ulama adalah orang-orang dibelakang Jokowi-JK terutama
partai pendukung utamanya yakni PDI-P
Mereka ada yang menyarankan seharusnya juga dibahas orang-orang di belakang Prabowo-Hatta
Sejauh ini tidak ada masalah dengan orang-orang dibelakang Prabowo karena Prabowo tampaknya menunjukkan kepemimpinannya
Sebagaimana arsip berita pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/16/firqah-di-putaran-pilpres/
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU KH Masduki Baidlowi menyampaikan
bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang menjadi dalang, bukan
wayang.
“Maka kita lebih memilih Prabowo yang memiliki komitmen terhadap kemandirian nasional,” katanya.
Sayyid
al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya berkata: Pemimpin itu harus
berjiwa kesatria, untuk menjaga Agama dan martabat Negara dan Bangsa,
hal itu ada pada diri Prabowo, Sebagaimana yang dikabarkan dari http://www.facebook.com/photo.php?fbid=514035985385831&set=a.108915092564591.10893.100003383019823
KH.
Dr. Zuhrul Anam Hisyam Leler Banyumas meyampaikan bahwa Indonesia
butuh pemimpin yang tegas dan berwibawa yang disegani dan dihormati
oleh pemimpin-pemimpin dunia, dan itu ada pada H. Prabowo Subianto
sebagaimana informasi dari http://www.facebook.com/photo.php?fbid=515309108591852&set=a.108915092564591.10893.100003383019823
Begitupula berita seperti dari http://www.aktual.co/politik/141941inilah-alasan-ulama-dan-habib-jatim-dukung-prabowo
****** awal kutipan ******
Ratusan
Ulama dan habib se-Jawa Timur sepakat memberikan dukungan kepada
pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo- Hatta pada
Pilpres 9 Juli 2014 mendatang.
“Jadi Forum ulama dan
habib di Jawa Timur termasuk area tapal kuda, setelah melakukan
musyawarah dan menimbang secara syariat, kesimpulannya kita memberikan
dukungan kepada pasangan Prabowo – Hatta,” ujar Habib Zaid Alwi Alkaf
saat menghadiri forum silaturahmi ulama dan habib se-Jatim, di rumah
salah tokoh agama di Surabaya, Ali Badri Zaini, Rabu (4/6).
“Jadi
jangan melihat figur capres. Tapi siapa saja dikelilingnya dan
pendukungnya seperti partai dan ormas Islam. Dan lagi ini demi
kepentingan umat Islam di Indonesia,” lanjut Habib zaid Alwi alkaff
Sementara
alim ulama Madura setapal kuda, KH Ainur Rahman asal Bangkalan yang
turut hadir, juga memintah masyarakat untuk tidak golput. “Ingat!.
Jangan golput. Jangan tekena money politik, sebab yang dipilih bukan
sosok pasangan capres, tapi menentukan nasib umat Islam di Indonesia,”
sahutnya.
***** akhir kutipan *****
Ketua Forum
Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) KH Fahrur Rozi didampingi
sejumlah kiai kampung dan sejumlah kiai pemangku pondok pesantren dari
Pasuruan, Probolinggo, Kediri, Bondowoso, Situbondo, Sidoarjo,
Bangkalan dan beberapa daerah lain di Surabaya, Kamis (22/5/2014)
menyatakan bahwa kedua orang tersebut memiliki kriteria pemimpin yang
sesuai dengan keinginan kiai yakni memiliki ketegasan, lugas dan
cepat dalam menyelesaikan persoalan bangsa serta sosoknya sederhana,
tampil apa adanya dan bersih dari KKN
“Insya Allah pasangan yang ideal ini mampu menjadikan negara ini Baldatun Thayyibatun Wa Robbun Ghafur,”
“Sebelum
mendeklarasikan dukungan, kami juga sowan dengan para kiai sepuh,
seperti KH Nawawi Abdul Jalil (Ponpes Sidogiri Pasuruan) dan KH
Abdullah Kafabi (Ponpes Lirboyo Kediri). Mereka juga sepakat
mendukung Prabowo-Hatta,” tegas Gus Fahrur sapaan akrab KH Fahrur
Rozi sebagaimana yang diberitakan pada http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/207716/kiai_kampung_dukung_prabowo,_awcb_ke_jokowi.html
Sebagaimana diberitakan pada http://beritajatim.com/nasional/207810/lirboyo_deklarasi_dukung_capres_prabowo.html
bahwa dukungan para kiai sepuh di berbagai daerah di Jawa Timur
terhadap capres dan cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa ternyata juga
diikuti keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo Kediri.
Para pengasuh mengeluarkan tausiyah berisi instruksi dan himbauan
memilih pasangan Prabowo-Hatta.
Inilah Tausiyah
tersebut ” Dalam upaya ikhtiyar memilih pemimpin Bangsa Indonesia
untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta menjaga akidah Islam
Ahlussunnah wal Jamaah, KH. Idris Marzuqi, KH. Moh. Anwar Mansur dan
KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus menginstruksikan kepada seluruh alumni
dan menghimbau kepada masyarakat agar mendukung dan memilih H.
Prabowo Subianto dan Ir. Hatta Rajasa pada pemilu presiden yang akan
dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Juli 2014″
Begitupula
para Habib, contohnya Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali AlHabsyi
di depan Majlis Ta’lim Habib Ali AlHabsyi Kwitang Jakarta pada
tanggal 18 Mei 2014 menyatakan dukungannya bagi Prabowo karena
melihat keadaan yang krisis dalam kepemimpinan dan dengan doa dan
harapan agar negeri ini menjadi baik dan bermartabat sebagaimana
kabar pada http://www.facebook.com/noerozil.neuerterry/posts/407362986071899 atau dalam video pada http://www.youtube.com/watch?v=aHKIajGzpUk namun suaranya kurang jelas.
Habib
Muhammad Rizieq bin Husin Syihab menyampaikan bahwa DPP FPI dalam
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 ISTIQOMAH menyerukan umat Islam
agar tetap memberikan suaranya untuk PARTAI ISLAM yaitu PPP, PKS dan
PBB dengan menitipkan 10 Amanat Perjuangan Islam kepada Capres dan
Cawapres yang didukung oleh Ketiga PARTAI ISLAM tersebut sebagaimana
yang tercantum pada http://fpi.or.id/122-Sikap%20Politik%20FPI%20Menjelang%20Pilpres%202014.html
Cak
Anam (Choirul Anam) tokoh NU Jatim mengatakan bahwa warga Jatim
sangat mendambakan pemimpin yang jujur dan tegas. Jujur dalam artian
apa adanya, tidak mengada-ada ataupun berpura-pura
“Misalnya,
kalau biasa naik becak ya tetap naik becak. Biasa naik mobil, ya
naik mobil. Bukan naik bajaj tapi besoknya pakai Alphard atau jet
pribadi. Itu bukan kejujuran namanya,” ungkap cak Anam sebagaimana
yang diberitakan pada http://web.inilah.com/read/detail/2108744/cak-anam-prabowo-bisa-juara-di-jatim
Sedangkan pada http://suarapubliknews.net/index.php/peristiwa-6/item/1977-gerak-aswaja-dan-10-elemen-jatim-nyatakan-dukung-prabowo-hatta
Choirul Anam, menuturkan bahwa dirinya beberapa hari yang lalu
ditelpon wartawan dari ibukota. Ditanya perihal kesediannya mau menjadi
panitia pemenangan Prabowo.
“Saya jawab bahwa saya sudah lama mendukung Prabowo, jauh sebelum ini.
Ini
pemimpin unik, karena ingin membawa rakyatnya maju. Saya banyak
bicara dengan pemimpin-pemimin nasional, tapi tidak seperti ini,” ujar
Cak Anam, panggilan akrab Choirul Anam.
Ditanya apa
tidak takut dengan Prabowo, khan terkesan angker? Cak Anam menuturkan
bahwa selama berdiskusi dengannya , Prabowo terkesan bersahabat dan
hangat dalam diskusi
“Jadi itu digambarkan oleh orang luar. Hatinya bagus dan bersahabat. Jadi gambaran selama ini merugikan Prabowo,” jelasnya.
Ketua
Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri telah menegaskan bahwa
Jokowi adalah tetap merupakan petugas partai jika terpilih menjadi
Presiden RI sebagaimana arsip berita pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/05/15/capres-petugas-partai/
“Saya
pesan ke Pak Jokowi, sampeyan tak (saya) jadikan capres, tapi jangan
lupa ingat capres-nya saja, Anda adalah petugas partai yang harus
melaksanakan apa yang ditugaskan partai,” ucap Mega dalam pidatonya
saat deklarasi koalisi PDIP, Partai Nasdem, dan PKB di kantor DPP
PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (14/5)
Apakah aspirasi dan kepentingan partai yang akan dibawa oleh petugas partai?
Contohnya,
“Kami
satu-satunya partai yang dengan gagah berusaha agar RUU (pornografi)
itu tidak diundangkan dan tidak diberlakukan,” kata Megawati
sebagaimana yang diberitakan pada http://news.detik.com/read/2009/06/27/171232/1155093/700/mega-cerita-kegagahan-pdip-tolak-ruu-pornografi
“Sebagai
bangsa yang pluralis, dengan keanekaragaman suku bangsa, agama dan
etnis. Tidak mungkin hal itu diberlakukan,” tegas Mega.
Contoh lainnya yang terekam sejarah pada http://nasional.kompas.com/read/2008/10/30/13264812/akhirnya.ruu.pornografi.disahkan
****** awal kutipan *****
JAKARTA,
KAMIS — Setelah melalui proses sidang yang panjang, Kamis (30/12)
siang, akhirnya RUU Pornografi disahkan. RUU tersebut disahkan minus
dua Fraksi yang sebelumnya menyatakan walk out, yakni Fraksi PDS dan
Fraksi PDI-P.
Menteri Agama Maftuh Basyuni mewakili pemerintah mengatakan setuju atas pengesahan RUU Pornografi ini.
Menurutnya,
RUU ini nondiskriminasi tanpa menimbulkan perbedaan ras, suku, dan
agama. Substansi RUU juga dirasa tepat dan definisi dirasa sangat
jelas. RUU ini untuk melindungi masyarakat dan sebagai tindak lanjut
UU perlindungan anak dan penyiaran.
****** akhir kutipan ******
Jadi jelaslah bahwa Fraksi PPDI-P “sepemahaman” dengan Fraksi PDS
Contoh salah seorang menyampaikan alasan walk out Fraksi PDI-P dan Fraksi PDS adalah seperti
***** awal kutipan *****
Penyeragaman
budaya RUU ini juga dianggap tidak mengakui kebhinnekaan masyarakat
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, etnis dan agama.
RUU
dilandasi anggapan bahwa negara dapat mengatur moral serta etika
seluruh rakyat Indonesia lewat pengaturan cara berpakaian dan bertingkah
laku berdasarkan paham satu kelompok masyarakat saja. Padahal negara
Indonesia terdiri diatas kesepakatan ratusan suku bangsa yang
beraneka ragam adat budayanya. Ratusan suku bangsa itu mempunyai
norma-norma dan cara pandang berbeda mengenai kepatutan dan tata
susila.
Selain mendiskreditkan perempuan dan anak-anak,
RUU pornografi secara sistematik juga bertentangan dengan landasan
kebhinekaan karena mendiskriminasikan pertunjukan dan seni budaya
tertentu dalam kategori seksualitas dan pornografi.
Dari
sudut pandang hukum, RUU Pornografi dinilai telah menabrak batas
antara ruang hukum publik dan ruang hukum privat. Hal ini tercermin
dari penggebirian hak-hak individu warga yang seharusnya dilindungi
oleh negara sendiri. RUU pornografi mengabaikan kultur hukum sebagai
salah satu elemen dasar sistem hukum. Hukum merupakan hasil dari
nilai-nilai hidup yang berkembang secara plural di masyarakat.
***** akhir kutipan *****
Seni,
budaya, adat istiadat, kebhinekaan, keberagaman, hak asasi manusia ,
kepercayaan, cara pandang, etika, norma, hak individu, kultur hukum,
hukum publik, hukum privat, hukum buatan manusia harus berlandaskan
hukum Allah sebagai konsekwensi berketuhanan yang Maha Esa
Allah
Azza wa Jalla yang menciptakan manusia tentulah Dia lebih mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk bagi manusia sehingga manusia
diberikan petunjukNya dalam bentuk hukum Allah
Allah
Azza wa Jalla hanya mengharamkan beberapa bagian saja, itu pun karena
hikmah tertentu untuk kebaikan manusia itu sendiri. Dengan demikian
wilayah haram dalam syariat Islam itu sangatlah sempit, sedangkan
wilayah halal sangatlah luas.
Firman Allah Azza wa
Jalla yang artinya, “Katakanlah! Tuhanku hanya mengharamkan hal-hal yang
tidak baik yang timbul daripadanya dan apa yang tersembunyi dan dosa
dan durhaka yang tidak benar dan kamu menyekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah tidak turunkan keterangan padanya dan kamu
mengatakan atas (nama) Allah dengan sesuatu yang kamu tidak
mengetahui.” (QS al-A’raf [7]: 33)
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Rabbku
memerintahkanku untuk mengajarkan yang tidak kalian ketahui yang Ia
ajarkanpadaku pada hari ini: ‘Semua yang telah Aku berikan pada hamba
itu halal, Aku ciptakan hamba-hambaKu ini dengan sikap yang lurus,
tetapi kemudian datanglah syaitan kepada mereka. Syaitan ini kemudian
membelokkan mereka dari agamanya,dan mengharamkan atas mereka sesuatu
yang Aku halalkan kepada mereka, serta mempengaruhi supaya mereka
mau menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan
keterangan padanya”. (HR Muslim 5109)
Tidak ada yang
perlu dikhawatirkan bagi non muslim jika sistem pemerintahan dan
hukum-hukum buatan manusia berlandaskan hukum Allah karena sejak
zaman Rasulullah yang menerapkan hukum Allah, kaum non muslim tetap
mendapatkan perlindungan, kebebasan beragama dan perlakuan yang baik.
Jadi
kalau muslim yang koruptor, teroris atau muslim yang menindas adalah
oknum muslim yang salah memahami Al Qur’an dan Hadits karena tujuan
beragama adalah menjadi muslim yang ihsan atau muslim yang
berakhlakul karimah meneladani Rasulullah sebagaimana yang telah
disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/04/11/sanad-dan-akhlak/
Pihak
yang dapat mengeluarkan fatwa sebuah peperangan adalah jihad
(mujahidin) atau jahat (teroris) hanyalah ulil amri setempat yakni para
fuqaha setempat karena ulama di luar negara (di luar jama’ah minal
muslimin) tidak terbebas dari fitnah sebagaimana yang telah disampaikan
dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/04/28/tegakkan-syariat-islam/
Sedangkan
sebaliknya kaum muslim yang berada di negeri non muslim, pada
kenyataannya ada kita temukan tidak mendapatkan kebebasan beragama.
Jadi bagi siapa saja yang mengingkari hukum Allah maka dia termasuk anti Islam.
Contoh
lainnya yang “anti Islam” adalah Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi
ketika menolak sertifikasi halal produk Farmasi dalam Rancangan
Undang-undang Jaminan Produk Halal (RUU JPH). Alasannya, hampir semua
obat dan vaksin mengandung babi.
Berikut kutipan dari http://www.kompasislam.com/2014/03/02/menkes-minta-ruu-halal-ditunda-tengku-zulkarnaen-menkes-mboi-seperti-orang-anti-islam/
****** awal kutipan ******
Menkes Minta RUU Halal Ditunda,
Tengku Zulkarnaen : Menkes Mboi seperti Orang Anti-Islam
Jakarta
(KompasIslam.com) – Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku
Zulkarnen menyoroti sikap kementerian kesehatan yang meminta
pembahasaan RUU Produk Halal ditunda. Menkes kristen Nafsiah Mboi
dinilai tidak pro-perlindungan konsumen terhadap informasi bahan
kimia di dalam obat-obatan.
“Menkes ini seperti orang
anti Islam. Seperti pembagian kondom, lalu tidak menghapuskan
pelayanan khitan wanita di rumah sakit negeri, dan sekarang
mempertimbangkan aturan halal terhadap obat-obatan,” kata tengku
Zulkarnaen, Sabtu (1/3/2014).
Padahal, dia menilai,
perusahaan farmasi saja belum tentu menolak jika produknya harus
melalui proses sertifikasi. Karenanya, kenapa justru dia yang
keberatan.
Ia pun mempertanyakan, komitmen kemenkes dalam menerbitkan produk obat-obatan yang aman dikonsumsi masyarakat.
Sebelumnya
ramai diberitakan, Menteri Kesehatan kristen RI Nafsiah Mboi menolak
sertifikasi halal produk Farmasi dalam Rancangan Undang-undang
Jaminan Produk Halal (RUU JPH). Alasannya, hampir semua obat dan
vaksin mengandung babi.
“Contohnya, walaupun bahan
vaksin tidak mengandung babi, tapi katalisatornya itu mengandung
unsur babi. Sehingga tidak bisa dinilai kehalalannya,” kata Mboi sok
tau di Jakarta, Selasa (3/12/2013) akhir tahun lalu.
Dia
menyebut bahwa produk farmasi seperti obat dan vaksin memang
mengandung barang haram sehingga tidak bisa disertifikasi halal.
Sehingga menurut Mboi produk farmasi perlu dipisahkan dari makanan
dan minuman dalam RUU JPH.
Mboi juga membenarkan adanya
penggunaan minyak babi pada katalisator dalam pembuatan obat. Mboi
berdalih, bila sertifikasi halal itu diterapkan, vaksin yang
mengandung babi itu tidak akan bisa digunakan karena tidak memiliki
sertifikasi halal.
“Kita menolak sertifikasi halal itu untuk vaksin dan obat-obatan,” timpalnya.
***** akhir kutipan ******
Presiden
SBY pemimpin paling tinggi di negeri ini, tidak mampu
“mengendalikan” seorang menteri kesehatan agar rakyat Indonesia yang
mayoritas muslim mendapat perlindungan konsumen produk Farmasi untuk
mendapatkan informasi mana yang halal dan mana yang haram.
Wali
Kota Padang Mahyeldi Ansharullah menilai wacana yang diusung oleh
Jokowi-JK yang akan melarang perda bernuansa syariat Islam bertentangan
dengan otonomi daerah dan adat Minangkabau sebagaimana kabar pada
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/menuju-ri-1/14/06/08/n6ulik-penghapusan-perda-syariah-oleh-jokowijk-bertentangan-dengan-adat-minang
***** awal kutipan ******
“Ada
falsafah adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah. Syarak
mengato adat memakai. Itulah yang berlaku di tanah Minang” katanya.
Karena
adat Minangkabau berlandaskan nilai-nilai keislaman, maka
nilai-nilai inilah yang menjadi keseharian masyarakat. Karena
itu,pemerintah daerah di Sumatra Barat berkewajiban untuk melindungi
nilai-nilai tersebut yang dikuatkan landasan hukumnya dalam peraturan
daerah.
“Keseharian masyarakat di tanah Minang ini
seperti berpakaian yang menutup aurat atau budaya orang Minang yang
suka mengaji ke surau dan masjid harus kita dorong dan dikuatkan
dalam peraturan daerah. Toh ini kan juga sudah membudaya bagi
masyarakat Minang,” katanya.
Menurut Mahyeldi,
peraturan daerah yang berlandaskan syariat Islam seperti itu tidaklah
sempit dan menakutkan. Karena pada hakikatnya, Islam mengatur
tentang kehidupan yang membawa kepada kebaikan dalam hubungan
bermasyarakat.
“Islam tidak hanya terkait masalah halal
dan haram. Ketika ada aturan tertib lalu lintas itu kan juga syariat
Islam. Ketika ada aturan berlaku jujur dan tidak korupsi ini kan
intinya syariat Islam,” katanya.
****** akhir kutipan *******
Ketua
Forum Ulama Umat Indonesia(FUUI), KH Athian Ali Lc, MA berpendapat
haram umat Islam memilih Jokowi-JK dengan alasan PDIP akan melarang
perda bernuasa syariah Islam sebagaimana yang diberitakan pada http://www.islampos.com/fuui-pdip-larang-perda-syariah-umat-haram-pilih-jokowi-jk-114107/
***** awal kutipan *****
SIKAP
Ketua Hukum Pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla, Trimedya Panjaitan, yang
menolak Perda Syariah ditanggapi serius oleh Ketua Forum Ulama Umat
Indonesia(FUUI), KH Athian Ali Lc, MA.
Dia menegaskan haram memilih Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2014/2019.
“Secara
tegas dan bertanggung jawab di hadapan Allah, saya menyatakan haram
memilih calon presiden dan wakil presiden yang didukung oleh kekuatan
anti Islam,” kata Kyai Athian Ali kepada Islampos lewat sambungan
telepon, Jum’at, (6/6).
Kyai Athian mengatakan sikap
anti Islam dari pihak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sudah
cukup bagi para ulama untuk mengingatkan umat Islam menjelang
Pemilihan presiden nanti.
Baginya, keadaan dua pasang calon presiden dan wakil presiden saat ini sudah hitam putih.
“Sampai
saat ini, saya tidak pernah mendengar tim pemenangan Prabowo-Hatta
menolak Perda Syariah. Justru manifesto agama Prabowo-Hatta mendukung
syariah. Dalam manifesto itu jelas menolak penistaan dan penodaan
agama. Oleh karena itu keadaan dua pasang calon presiden dan wakil
presiden saat ini sudah hitam putih,” terangnya.
“Jadi jika ada ulama yang mendukung calon yang hitam, mungkin mata hatinya sudah gelap dan hubbuddunya (cinta dunia),” tutupnya.
****** akhir kutipan *******
Pada
kenyataannya tidak ada yang dinamakan perda syariah namun yang ada
adalah perda yang mengatur ketertiban umum dimana substansinya sesuai
dengan syariah Islam contohnya perda pelarangan pelacuran dan miras
Mantan
Bupati Bulukumba, Andi Partabai Pobokori, mengungkapkan, penerapan
perda bernuansa syariat Islam di wilayahnya disambut umat non-Muslim.
Mereka merasa tenteram dengan diberlakukannya perda-perda bernuansa
syariat Islam.
“Umat non Muslim juga mendukung
penerapan Perda-perda bernuansa syariah di Bulukumba. Ketika ada Kongres
Umat Islam di sana, mereka ikut membentangkan spanduk dukungan,”
ujar Pobokori.
Ia mengungkapkan, sejak diterapkannya
Perda bernuansa syariat Islam pada 2001, tingkat kriminalitas di
Bulukumba turun hingga 85%.
“Tidak ada lagi warung yang
menjual minuman keras serta tidak ada lagi perkelahian pelajar.
“Angka pembunuhan dan pemerkosaan yang dulu tinggi, sekarang menurun
drastis,” paparnya.
Klaim itu dibuktikan Lukman bin
Ma’sa, melalui penelitian berjudul Penerapan Syari’at Islam Melalui
Peraturan Daerah (Studi Kasus Desa Padang Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan).
Dalam
skripsi setebal 142 halaman yang diajukan pada 11 April 2007 untuk
meraih gelar sarjana strata satu pada Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah
Mohammad Natsir, Jakarta, ini, Lukman mengemukakan dampak positif
Perda bernuansa syariat Islam di Desa Padang. Misalnya membuat lenyap
penjualan miras dan mabuk-mabukan. Bahkan angka kriminalitas setempat
dalam setahun terakhir turun drastis hingga 99% dari sebelum
penerapan perda tersebut.
Pada Juni 2006, Wapres Jusuf
Kalla menepis tuntutan sebagian anggota parlemen agar perda–perda
bernuansa syariah dicabut. JK menegaskan, tak ada yang perlu
ditakutkan dengan perda-perda tersebut.
“Saya pun dari
lahir sampai mati tetap menjalankan syariat Islam. Semua itu jangan
dibuat kontradiksi dan ketakutan berlebihan,” ujar Kalla saat
ramah-tamah dengan kelompok koresponden asing di Hotel Mandarin,
Jakarta.
Mantan Gubernur Sumbar yang kini Mendagri,
Gamawan Fauzi, pernah menegaskan, mengatur kehidupan masyarakat
melalui cara-cara Islami dan diridhoi Allah tak bertentangan dengan
hukum nasional.
Hingga kini, sekitar 33 kota dan kabupaten sudah memberlakukan Perda bernuansa Syariat Islam.
Apakah anda setuju dan mendukung orang-orang yang menolak atau anti dengan perda tentang pelarangan pelacuran atau miras ?
Sebagaimana arsip berita pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/05/30/jangan-tertipu-pencitraan/
Ustadz Muhammad Arifin Ilham mengingatkan untuk memperhatikan siapa
dibelakang calon presiden. Salah satunya mereka yang menolak
penutupan tempat pelacuran dolly
***** awal kutipan ******
JAKARTA,
KABARSATU – Muhammad Arifin Ilham menegaskan umat Islam jangan
tertipu dengan pencitraan media dan jangan tertipu. Hal itu
diungkapkannya agar dalam laga Pilpres 9 Juli mendatang pemilih cermat
memilih calon pemimpin negara ini.
“Umat Islam jangan
bodoh, jangan tertipu dengan pecitraan. Dalam memilih presiden,
lihatlah siapa di belakang mereka,” serunya dalam pengajian subuh di
Masjid Az Zikra, Sawangan, Depok, beberapa waktu kemarin.
Pimpinan
pengajian Az Zikra tersebut juga mengungkapkan, pemilih jangan
tertipu dengan salah satu pemilik televisi Surya Paloh yang mendukung
salah satu pasangan capres-cawapres selama ini melarang dan akan
memecat pegawainya di Metro TV yang mengenakan hijab.
Kemudian
juga tempat pelacuran Dolly menolak ditutup partai pengusung calon
presiden tersebut. “Maka kalau kita memilih mereka sama saja memilih
pelacuran merajalela,” bebernya.
***** akhir kutipan ******
Dewan
syariah majlis Az Zikra telah bermusyawarah dengan kompetensi mereka
dan memutuskan untuk mendukung Prabowo-Hatta dan mendukung Jokowi
untuk tetap menjadi Gubernur DKI Jakarta sesuai janji beliau fokus
memimpin DKI Jakarta sebagaimana status pada http://www.facebook.com/kh.muhammad.arifin.ilham/posts/10152554624519739
Sebagaimana yang telah disampaikan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/17/ham-dan-isu-penculikan/
bahwa orang-orang dibelakang Jokowi-JK mengingatkan kita kepada
orang-orang yang sejak awal reformasi tidak mendukung Prabowo untuk
memimpin negeri ini dengan alasan mengatasnamakan hak asasi manusia
(HAM), isu penculikan, kerusuhan Mei 1998 maupun isu kudeta yakni para
pengikut Benny Moerdani, seorang jenderal petinggi TNI non muslim yang
radikal dan anti Islam (deislamisasi).
Pendiri dan
Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tahid Bandung KH Abdullah Gymnastiar
mengingatkan bahwa pada masa awal reformasi , ada seorang jenderal
petinggi TNI yang amat disegani dan selalu menjadikan umat Islam sebagai
target kebenciannya dan Prabowo lah perwira militer yang
terang-terangan membela umat Islam dan tak rela melihat umat Islam
dipinggirkan sebagaimana arsip berita pada http://nasional.inilah.com/read/detail/2101958/aa-gym-sambut-gembira-deklarasi-prabowo-hatta
Berikut kutipannya
****** awal kutipan *****
Menurut Aa Gym dirinya sudah mengenal Prabowo pada tahun 1990-an, saat Prabowo menyandang jabatan Danjen Kopassus.
Pada
saat itu, ada seorang jenderal petinggi TNI yang amat disegani dan
selalu menjadikan umat Islam sebagai target kebenciannya.
“Setahu
saya, pada waktu itu hanya Prabowo yang terang-terangan membela umat
Islam. Ini kenangan luar biasa saya tentang sosok Prabowo yang sulit
dilupakan. Ia perwira militer yang tak rela melihat umat Islam
dipinggirkan. Karena alasan ini, saya mendukung Prabowo,” ujarnya.
******* akhir kutipan ******
Aktivis 98 yang juga Ketua Umun PB HMI 1999-2001, Fakhrudin menyampaikan dalam berita pada http://nasional.inilah.com/read/detail/2098519/prabowo-berjasa-di-era-militer-anti-islam bahwa umat Islam Indonesia sejatinya berutang budi kepada Prabowo yang berjasa di era militer cenderung anti Islam
Berikut kutipan selengkapnya
****** awal kutipan ******
INILAHCOM,
Jakarta – Aktivis 98 yang juga Ketua Umun PB HMI 1999-2001,
Fakhrudin, mengatakan sebaiknya umat Islam tidak gampang terprovokasi
gencarnya pemberitaan yang menyudutkan capres dari Gerindra, Prabowo
Subianto. Bagaimanapun ada peran besar Prabowo saat militer Indonesia
cenderung anti-Islam.
“Jangan gampang dikecoh,” kata
Fakhrudin dalam pembicaraan telepon dengan Inilahcom. Menurut dia,
umat Islam Indonesia sejatinya berutang budi kepada Prabowo. “Prabowo
adalah prajurit yang secara terbuka berani berhadapan dengan faksi
militer yang fasis dan anti Islam, di bawah mendiang Benny Moerdani.”
Prabowo-lah,
kata Fakhrudin, yang berani mengambil risiko di saat kelompok
Moerdani tengah kuat-kuatnya. “Dia tak rela umat Islam terus
dikorbankan demi kepentingan politik mereka,” kata dia.
Berkenaan
dengan penculikan sejumlah aktivis, Fakhrudin juga yakin segala
sesuatu harus dilihat dalam kontek kekuasaan saat itu. “Ada dua
faktor; pertama karena pesanan rezim yang berkuasa, kedua karena
adanya pertarungan di elite militer. Jadi faksionalisasi di internal
militer menjadi pemicu untuk saling mendiskeditkan sesama mereka.”
Keyakinan
Fakhrudin bahwa isu HAM sudah jadi sekadar dagangan politik, karena
waktu Megawati berkuasa, toh soal itu tak dimasalahkan. Ia menilai,
mungkin karena Megawati pun tak lepas dari kedekatan dengan militer.
Sayangnya, kata dia, Megawati lebih akomodatif kepada sayap militer
yang anti-Islam. “Lihat figur-figur tentara yang di lingkaran Mega.
Hampir sebagian besar loyalis Beny ada di sana. Ini menunjukkan bahwa
PDIP kurang sensitif terhadap perasaan ummat Islam,” kata dia.
Menurutnya,
kalau Megawati konsisten dengan penegakan HAM, kenapa dia tidak
tampil untuk menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM saat
mendapat mandat dari rakyat. “Jangankan pelanggaran HAM, penculikan,
kasus priuk, tragedi lampung, kejadian di Aceh dan lain lain, kasus 27
Juli saja dia tidak bisa selesaikan dengan tuntas.” [dsy]
******* akhir kutipan *******
Sebagaimana arsip berita pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/13/ada-orang-lain/ Rachmawati Soekarnoputripun bertanya kepada kakaknya, mengapa mau bersekutu dengan Benny Moerdani
***** awal kutipan *****
Bagi
saya , kisah Mega dan Orde Baru bukan hal baru.Begitu juga soal
hubungan antara Mega dengan bekas Pangab L.B. Moerdani dan faksi faksi
yang bertikai ditubuh TNI, pun bukan hal baru.
Makanya,
waktu mendengar bekas Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia
(TPDI) RO Tambunan membongkar informasi yang diberikan Benny Moerdani
kepada Mega sebelum terjadi tragedi 27 juli 1996 terjadi, saya cuma
manggut manggut.Saya sudah memperkirakan itu yang akan terjadi.Mega
cuma jadi alat dari pertikaian di tubuh TNI, khususnya Angkatan Darat.
Benny
Moerdani mulai mendekati keluarga Bung Karno awal 1980-an. Suatu
ketika, pertengahan 1980-an, dalam sebuah acara keluarga Bung Karno di
Bandung , Benny Moerdani datang. Katanya dia mau mengenal lebih jauh
dan berteman dengan anak anak Bung Karno.Kami persilahkan saja. Tapi
saat itu saya sudah waspada. Pasti ada apa apanya nanti.
Waktu itu Benny Moerdani mulai pecah kongsi dengan Soeharto.
Hubungan mereka tidak harmonis lagi. Padahal sebelumnya, Benny Moerdani ini anak buah yang baik bagi Soeharto.
Dalam
acara keluarga itu, saya sempat ngomong ngomong dengan
dia.Kelihatamnya Benny Moerdani memang sedang sakit hati dengan
Soeharto. Dia dicopot dari posisi Pangab dan tidak dipakai Soeharto
lagi. Ibarat wayang, oleh sang dalang Benny Moerdani dimasukin kotak.
Ia
mengakui, dirinya menyimpan obsesi untuk menjadi orang kedua di
republik ini. Tapi dia kecewa ambisi itu bagai menggantang asap.
Menurutnya dia tidak mungkin tampil sebagai wakil presiden. Sebab dia
beragama non muslim.Dan memang walau pun Benny Moerdani menggosok
gosok namanya, tahun 1988 Soeharto memilih Soedharmono yang dikenal
sebagai arsitek sekretariat negara dan orang top di Golkar, menjadi
wakil presiden.
Saya sampai dipanggil ketek sama
Soeharto. Waktu mau dicopot pun, saya tidak diberi tahu sebelumnya.
Saya diberi tahu akan dicopot dari posisi Pangab cuma satu hari
sebelumnya, begitu dia mengeluh.
Dulu, akhir 1970-an,
kami, anak anak Bung Karno membuat kesepakatan bersama. Dikenal
dengan konsensus keluarga Bung Karno. Isinya, kami tidak akan terjun
ke dunia politik. Kami tidak mau anak dan keturunan Bung Karno
dimanfaatkan oleh Orde Baru untuk kepentingan mereka Kami tidak mau
dijebak
Tapi sejak bergaul dengan Benny Moerdani, Mega
mulai terlihat hendak keluar dari consensus keluarga. Dan akhirnya
Mega memang keluar. Dia bergabung dengan PDI. Memang tidak tiba tiba .
Sebelumnya Mega, juga suaminya Taufik Kiemas, aktrif di Gerakan
Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI).
Nah, Mas Guntur
sebagai anak tertua, yang tadinya saya harap bisa mencegah langkah
Mega itu, ternyata memilih untuk diam saja. Bahkan cenderung untuk
mendukung. Saat itu saya mulai was-was. Langkah Mega mendekati faksi
Moerdani dalam tubuh Orde Baru akan merugikan, tidak cuma keluarga
Bung Karno , tapi juga seluruh Bangsa ini. Saat itu saya membaca,
mereka tengah mempersiapkan tampilnya seorang anak Bung Karno untuk
memenangkan ambisi politik mereka.
Dijadikan alat LB Moerdani, kok bangga
Sebelum
mendekati Mega, kelompok Benny Moerdani mendekati saya terlebih
dahulu. Mereka membujuk dan meminta saya tampil memimpin PDI.
Permintaan orang dekat dan tangan kanan Soeharto itu jelas saya tolak,
Bagi saya, PDI itu cuma alat hegemoni Orde Baru yang dibentuk sendiri
oleh Soeharto tahun 1973. Coba renungkan, untuk apa jadi pemimpin
boneka.
Orang orang PDI yang dekat dengan Benny
Murdani, seperti Soerjadi dan Aberson Marie Sihaloho, pun ikut mengajak
saya gabung ke PDI. Tetapi tetap saya tolak.
Tapi
Mega tidak begitu, tidak seperti saya. Dia menuruti permintaan itu dan
dan senang pula. Ajakan itu diartikannya sebagai dukungan dan
kepercayaan dari orang banyak, kaum Marhaen, kepada dirinya untuk
memimpin PDI. Padahal motivasi di balik ajakan ajakan itu sama sekali
tidak ada hubungannya dengan aspirasi kaum Marhaen.
Nah,
pintu yang dipakai kelompok ini untuk mendekati Mega adalah Taufik
Kiemas, suaminya. Taufik memang dekat dengan kelompok itu. Hari ini
pun, desas desus soal kedekatan Taufik Kiemas dengan kelompok Benny
Murdani beredar luas.
Di awal 1990-an , Mega semakin
larut kejebak dalam skenario pembusukan itu. Tahun 1993, dalam kongres
luar biasa (KLB) PDI, di Surabaya, dia mendeklarasikan dirinya
sebagai ketua umum PDI.
Beberapa saat kemudian , dalam
Munas PDI di Jakarta, deklarasi itu dikukuhkan. Benny Moerdani
mengerakahkan orang orangnya untuk memback up Mega dalam suksesi di
tubuh PDI itu. Beberapa orang yang terlibat mengamankan Mega dalam
fase itu sekarrang ini mendapat posisi enak di kabinet.
Di
tahun 1993 pula saya sebelum KLB Surabaya , saya sempat bertemu
dengan Mega. Saksi pertemuan itu Panda Nababan. Saya tanya Mega,
mengapa mau bersekutu dengan Benny Moerdani. Tapi dia tidak menjawab
sepatah katapun pertanyaan itu.
Saya katakan lagi
kepadanya, untuk melawan Orde Baru kita harus melihat lihat siapa
kawan yang bisa digandeng. Dan orang macam Benny Moerdani tidak bisa
dijadikan kawan abadi, Suatu saat mereka akan balik menyerang. Jangan
mau terjebak dalam pertarungan antara Benny Moerdani dan Soeharto.
Saya tanya lagi Mega, mengapa kamu mau menari di atas gendang orang
orang lain. Mengapa kamu mau diperalat.
Tiga jam saya
bicara dengan Mega. Tapi tak satu patahpun dia menjawab pertanyaan
saya. Saya kira dia sudah tidak peduli lagi dengan nasehat nasehat
saya. Terakhir ya itu, saya dengar dia sudah mengantongi dukungan
Benny Moerdani untuk memimpin PDI.
Anggota keluarga
Bung Karno lainnya tetap bungkam ketika Mega jadi ketua umum PDI.
Mereka tidak membaca situasi yang berkembang saat itu seperti saya.
Mas Guntur juga diam. Alasannya semua anak Bung Karno sudah dewasa.
Tapi apakah menggadaikan dan menggunakan nama Bung Karno untuk kepentingan politik sesaat adalah sikap dewasa?
Saya yakin , Mega pun tidak akan menjawab pertanyaan itu.
***** akhir kutipan *****
Sebagaimana yang diberitakan pada http://news.detik.com/read/2006/10/04/130218/688872/10/
Mayjen (Purn) Kivlan Zein menjelaskan bahwa peristiwa jatuhnya
Soeharto dan naiknya Habibie menjadi presiden, sebenarnya merupakan
pertarungan antara kanan dan kiri.
“Yang kiri itu
Kristen, yang kanan itu Islam. Ada yang mengatakan kiri itu
nasionalis, yaitu kubu Benny Moerdani dan Pak Harto,” ujar Kivlan
“Para
perwira muda ini berharap janganlah Orde Baru ini anti Islam, paling
tidak netral. Maka berkumpullah para perwira yang eks-PII (Pelajar
Islam Indonesia) dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Prabowo,
walaupun dia sempat ikut KAPPI, ya ikut saya. Kemudian Adityawarman,
kemudian Sjafrie Sjamsoeddin. Ini kita yang perwira mudalah, kita
yang Akabri 70 ke atas. Kemudian ada Muchdi PR dan Syamsul Maarif.
Semua perwira-wira muda itu,” jelas dia.
Berikut kutipan selanjutnya
***** awal kutipan *****
Beberapa
saat kemudian di tahun 1984, Kivlan bertemu Prabowo di Malang.
“Prabowo yang sakit hati dikeluarkan dari Den 81, ketemulah sama kita,
saya, Sjafrie Sjamsoeddin, Ismet Huzairi, dan banyak yang lain,
sampai terbentuklah grup 7 untuk melawan Benny Moerdani,” terang dia.
Gerakan penolakan terhadap gerakan Benny ini terus berjalan hingga pada tahun 1988. Bagaimana cara menyaingi grup Benny?
“Kita
naikkanlah Pak Wiranto yang saat itu Asisten Operasi Timor Timur dan
batalyon yang dipimpin Prabowo, serta Ismet Huzairi. Terus bagaimana
caranya Prabowo bisa sukses? Kita kasih perlengkapan tempur,
helikopter yang bagus, peralatan yang lengkap.
Pak
Wiranto diusulkan sama Prabowo disusupkan sebagai ajudan Pak Harto.
Okelah, kata saya. Jadilah dia (Wiranto) sebagai ajudan Soeharto,”
kata dia.
Namun, Kivlan dan Prabowo cs kok melihat
Wiranto semakin lama semakin dekat dengan Benny. Akhirnya, pihaknya
mencari jenderal baru yang bisa mengimbangi Benny Moerdani. Dapatlah
nama ZA Maulani, yang rencananya akan diusahakan sebagai KSAD
terlebih dulu. Tapi, ZA Maulani tidak berani. “Lantas, kita carilah
yang lain, ketemu nama Feisal Tanjung. Saya diminta Prabowo menemui
Feisal Tanjung untuk menyampaikan pesannya. Saat itu, Feisal masih di
Timor Timur. Setelah pesan Prabowo saya sampaikan, Feisal terkejut:
masak letkol dan mayor menawarkan saya (jabatan panglima). Feisal
yang saat itu Dan Seskoad yang telah dimasukkan kotak oleh grup Benny
Moerdani, kita angkat,” terang Kivlan.
Pada bulan Januari 1989, Kivlan dkk berencana mempertemukan Feisal Tanjung dengan Habibie.
“7
Perwira naik pesawat terbang dari Halim sekitar 28 Januari 1989
untuk ketemu Habibie. Sunarto (angkatan 68), saya, Ismet Huzairi,
Prabowo, Sjafrie Sjamsoeddin, Ampi Nur Kamal, Suaedy Marasabesy. 7
Perwira itu terbang ke IPTN Bandung malam-malam,” ujar dia.
Habibie
yang saat itu masih menjabat sebagai Menristek menerima mereka.
“Kita sampaikan kepada Pak Habibie bahwa Pak Harto ingin ada yang
bisa mengimbangi Benny, dan Feisal Tanjung yang kita majukan. Kita
mengatakan hal itu agar Feisal diangkat,” kata dia. Setelah itu,
Kivlan dkk mempertemukan Habibie dan Feisal Tanjung dalam acara
Seskoad tahun 1989. Tapi, setelah pertemuan itu hingga tahun 1992,
tidak ada kabar dari Habibie kalau Feisal Tanjung punya peluang untuk
diangkat sebagai Panglima TNI.
Akhirnya, Feisal
Tanjung pun menanyakan hal itu kepada Habibie. “Nah, pada tahun 1991,
muncullah peristiwa Dili. Kejadian ini merupakan kesempatan kita
untuk mengajukan Feisal Tanjung sebagai Ketua Dewan Kehormatan (untuk
memeriksa pelanggaran TNI itu). Bertemulah dengan Pak Harto. Di
situ, Prabowo meminta agar Feisal ditunjuk sebagai ketua DK. Nah di
DK itulah, dicopotlah Sintong Panjaitan sebagai Pangdam. Sakit
hatinya Sintong Panjaitan,” ujar dia. Hingga 3 Juni 1992, tidak ada
kabar bahwa Feisal Tanjung bisa naik menjadi panglima.
Tanggal
5 Juni 1992, kubu Kivlan menghadap Pak Harto saat acara peresmian
Stasiun Gambir. “Saya dihubungi Pak Azwar Anas, disetujui bahwa
Feisal Tanjung akan naik. Jam 09.00 dia dilantik menjadi letjen,
dilantiklah dia jadi bintang 3. Kemudian, tanggal 11 Juni 1992,
ketemulah dengan Habibie, naiklah dia jadi Kasum ABRI,” ujar dia.
Upaya
untuk menaikkan Feisal Tanjung terus dilakukan. Saat Sidang Umum MPR
tahun 1993, Feisal belum juga dilantik menjadi panglima. Saat itu,
jabatan Panglima ABRI masih dirangkap oleh Jenderal Edi Sudradjat
yang menjabat sebagai KSAD dan Menhankam. “Tapi, itulah pintarnya Pak
Harto. Tanggal 15 Juni, diangkatlah Feisal Tanjung sebagai Panglima
ABRI, dan jabatan KSAD diberikan kepada Wismoyo Arismunandar,” jelas
dia. Setelah itu hubungan Feisal Tanjung dengan Habibie semakin
dekat. Januari 1998, terjadilah pertemuan tokoh-tokoh masyarakat
dengan Kopassus untuk menaikkan Habibie sebagai wakil presiden.
“Reaksi
dari Singapura ribut, perwira yang tak senang yang berada di grup
Benny juga ribut,” tutur dia. Dan akhirnya, tanggal 2 Maret 1998,
dengan dukungan Fraksi ABRI dan Panglima ABRI, Habibie diangkat
sebagai wakil presiden.
“Saya sampaikan di kantor
Habibie tanggal 2 Maret 1998. Saya yang menjadi penghubung. Itulah
kejadiannya mengapa dia menjadi wakil presiden. Dia menjadi wakil
presiden, karena dirancang oleh perwira-perwira muda ini,” jelas
mayjen purnawirawan mantan Kepala Staf Kostrad ini.
Dengan
fakta ini, Kivlan mempertanyakan mengapa Habibie malah melupakan
para perwira muda ini. “Kalau mau dicopot, copotlah. Jangan dibilang
kudeta. Jadi, memang Habibie ini naiknya oleh perwira muda.
Pengangkatan
Feisal Tanjung kita rancana untuk menghadang Benny, karena Benny
sejak 1988 ingin jadi wapres, tapi terus kita gagalkan,” tegas dia.
Tentang
Gerakan Benny Kivlan menceritakan bahwa pada tahun 1988, ada kabar
Benny Moerdani ingin jadi presiden. Isu panas ini dibahas oleh Kivlan
dan Prabowo cs di Restoran Rindu Alam, 12 Februari 1988. “Saya
bilang, Wo (Prabowo-Red), kamu hadap Pak Harto, (minta) copot Benny
jadi Pangab sebelum SU MPR tanggal 1 November 1988,” kata Kivlan
kepada Prabowo saat itu.
“Wah bahaya, nanti dia
kudeta,” ujar Prabowo. “Kalau dia kudeta, kita balas dengan kudeta.
Saya pegang satu batalyon, si Ismet satu batalyon, Sjafrie satu
batalyon, kau satu batalyon. Kalau dia kudeta, kita kontrakudeta.
Kita rebut semua ini,” kata Kivlan saat itu.
Tidak
berapa lama kemudian, terbuktilah semua ini. Isu keinginan Benny
menjadi presiden didengar Soeharto. “Setelah pulang dari Yugoslavia,
Pak Harto bilang biar menteri, biar jenderal, kalau dia
inkonstitusional akan saya gebuk. Itu laporan saya, karena dia
(Benny) mau melakukan kudeta. Tahun 1989, Benny pun diberhentikan,”
ungkap dia. Kasus Benny ini, kata Kivlan, berlanjut saat Habibie naik
menjadi wakil presiden.
“Habibie naik jadi wakil
presiden, maka tidak senanglah Singapura. Dirancanglah bagaimana
supaya Soeharto jatuh, Habibie ikut jatuh. Koalisi Nasional pimpinan
Barnas, di belakangnya Benny Moerdani, di depan ada Ratna Sarumpaet.
Itulah duduk soalnya mengapa terjadi kerusuhan,” kata dia.
***** akhir kutipan ******
Kivlan
Zein di atas menyatakan bahwa “Singapura Link” yang merancang
kejatuhan Suharto salah satunya karena ketidak-senangan terhadap Habibi
menjadi wakil presiden dari kalangan cendekiawan Islam
“Singapura
Link” yang merancang kejatuhan Suharto menjawab sebuah analisa yang
mengatakan bahwa kejatuhan Suharto (semula “a good boy” Amerika)
karena adanya kemungkinan jika kekuasaan Suharto “diperpanjang” maka
akan terjadi kebangkitan Islam di Indonesia. Untuk itu Rakyat
Indonesia harus “diusik” dengan sesuatu.
Amerika mulai
“terusik” oleh kelakuan Suharto, diawali pada tahun 1992, gerakan Non
Blok putuskan untuk mengirim utusan Palestina ke negara-negara Arab
adalah untuk langsung terlibat dalam negosiasi-negosiasi yang
mendukung usaha Palestina memperoleh haknya kembali yang mana
keputusan yang diambil oleh Ketua GNB – Presiden Soeharto mendapat
dukungan dari Menlu Palestina Farouk Kaddoomi seusai sidang Komite
Palestina GNB di Bali yang dalam hal ini menurutnya keputusan
tersebut menunjukkan dukungan Gerakan Non Blok kepada rakyat
Palestina dalam memperoleh haknya kembali dan akan berusaha membuat
warga Israel mundur dari kawasan yang diduduki. Komite Palestina GNB
terdiri dari Aljazair, India, Bangladesh, Senegal, Gambia, Zimbabwe,
Palestina dan Indonesia, komisi GNB untuk Palestina diketuai oleh
Indonesia.
Para Futurolog memprediksikan pada abad ke-21 Islam akan bangkit mendunia yang diawali dari timur (Indonesia/Malaysia).
Oleh
karena Soeharto (selaku kepala negara mayoritas muslim terbesar di
dunia) merangkul Islam maka sesegera mungkin sebelum memasuki abad
ke-21 rezim Orba harus diturunkan.
Langkah pertama yang
diambil adalah menciptakan krisis moneter, lalu krisis ekonomi, lalu
merembet pada krisis kepercayaan, lalu menggelombang menjadi krisis
politik nasional yang mendesak untuk dilakukannya penjatuhan rezim
dan reformasi total. Fakta krisis ini disetting dalam konteks
kawasan, bukan semata Indonesia, sehingga tampak gelombang krisis ini
bukan karena skenario tapi gelombang internasional yang bersifat
natural.
Ada pihak yang berpendapat lebih spesifik dari
sekedar “Soeharto jatuh karena krisis ekonomi”. Mereka berpendapat
“Soeharto jatuh karena IMF?”
Pendapat ini antara lain
dikemukakan Prof. Steve Hanke, penasehat ekonomi Soeharto dan ahli
masalah Dewan Mata Uang atau Currency Board System (CBS) dari Amerika
Serikat.
Menurut ahli ekonomi dari John Hopkins
University itu, Amerika Serikat dan IMF-lah yang menciptakan krisis
untuk mendorong kejatuhan Soeharto. Ini dibuktikan dari pengakuan
Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus sendiri.
Dalam
wawancara “perpisahan” sebelum pensiun dengan The New York Times,
Camdessus yang bekas tentara Prancis ini mengakui IMF berada di balik
krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
“Kami
menciptakan kondisi krisis yang memaksa Presiden Soeharto turun,”
ujarnya. Pengakuan ini tentu saja menyambar kesadaran banyak orang. Tak
dinyana, krisis di Indonesia ternyata bukan semata kegagalan
kebijakan ekonomi Soeharto, tapi juga berkat “bantuan” IMF. Sumber:
http://www.antara.co.id/print/1210836368
“Singapura
Link” tampaknya berkeinginan NKRI dipimpin oleh orang yang “baik”
seperti SBY atau Jokowi namun kurang “kuat” untuk mewujudkan
angan-angan kemakmuran rakyat Indonesia. Sehingga “Singapura link”
menjadikan NKRI sebagai pasar dan investasi bagi kemakmuran mereka
Sebagaimana contoh berita pada http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/05/21/pengamat-kondisi-politik-penyebab-melemahnya-rupiah
bahwa analisa pengamat pasar uang terhadap pelemahan rupiah terhadap
dollar AS sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
memerah karenanya adanya kondisi politik yang membuat keraguan para
investor. Investor condong kepada Jokowi daripada ke Prabowo.
Perjuangan reformasi di Indonesia pada kenyataannya ada dua kubu.
Ditengarai
kubu orang-orang yang menginginkan Megawati menjadi presiden ketika
negeri kita dipimpin oleh Gus Dur adalah kubu orang-orang yang
menginginkan Jokowi menjadi presiden pada saat ini.
Pada
waktu itu Amin Rais dkk ditengarai terhasut kubu orang-orang yang
menginginkan Megawati sebagai Presiden sehingga “melengserkan” Gus Dur
Pada
saat sekarang tampaknya Amin Rais menyadari bahwa arah reformasi
yang berjalan sekarang tidak sesuai dengan visi dan misi maupun
platform partai politik PAN yang didirikannya sehingga memutuskan
untuk mendukung kubu Prabowo karena adanya kesesuaian dengan visi dan
misi Gerindra.
Sehingga terlihatlah tokoh reformasi “kubu lain” yang menolaknya seperti Goenawan Mohamad sebagaimana berita pada http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/05/15/goenawan-muhammad-mundur-dari-pan
“Latar berlakang” perjuangan reformasi kubu Goenawan Muhammad dapat dibaca pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2014/05/goenawan-muhammad-background.pdf
Tulisan
tersebut ditulis berdasarkan buku yang berjudul, “Kekerasan Budaya
Pasca 1965″ karya Wijaya Herlambang yang terbit November 2013 lalu
yang mengungkapkan bahwa Goenawan Muhammad dibiayai lembaga
filantropi mulai : Ford Fondation, Rockefeller Fondation, Asia
Fondation Open Society Institue, USAID juga tokoh Yahudi George
Soros.
Berikut kutipannya
***** awak kutipan *******
Goenawan
Mohamad sejak Tempo diberangus rezim Soeharto (1994) menempatkan
diri sebagai pelawan orde baru yang handal. Dengan lenyapnya Tempo GM
membangun Komunitas Utan Kayu (KUK) yang bermarkas di Jalan Utan
Kayu Jakarta Timur. Lembaga ini kemudian melahirkan serenceng lembaga
kebudayaan mulai AJI (Aliansi Jurnalistik Indonesia), Jaringan Islam
Liberal (JIL), Teater Utan Kayu (TUK) yang diplesetkan bulletin
Boemiputra menjadi Tempat Umbar Kelamin, sekaligus agen imperialis
Barat.
Kehadiran JIL dirasakan umat Islam terbesar
sebagai alat penghancuran Islam di negeri ini. Karena itu JIL disebut
dibiayai lembaga filantropi Barat mencapai 150.000 USD/tahun.
Pendek
kata KUK melalui lobby GM ke sejumlah orang-orang teras USAID,
berhasil menguras dananya sebesar 100.000 -200.000 USD, sehingga
menempatkan KUK sebagai agen Barat. Termasuk mendirikan ISAI (Institut
Studi Arus Informasi) pada 1995 dan belakangan membangun Salihara di
kawasan Pasar Minggu sebagai pusat budaya.
Yang sangat
dirasakan menyakitkan bagi kelompok Islam mainstream, kehadiran KUK
di bawah GM, misalnya Radio FM 68, JIL, bahkan berbagai penerbitan
bawah tanahnya seperti Bergerak, X-Pos hingga Tempo majalah dan Koran
Tempo yang kini sejak era reformasi, kembali terbit, kesemua produk
GM ini cenderung menghantam aspirasi Islam.
Kini
terbongkar melalui buku Wijaya Herlambang, semua ini tidak aneh, GM
sejatinya seorang komprador sejati, yang diakuinya sendiri, dia memang
dibiayai serenceng lembaga filantropi Barat dan Asia termasuk Asia
Foundation dan Japan Foundation, termasuk tokoh Yahudi Gerge Soros
itu.
Memang Herlambang belum menyajikan ulasan
bagaimana peranan GM saat rezim Soeharto jatuh di mana Soros ikut
memainkan peranan menghancurkan ekonomi Indonesia. Hanya dikutip
sekilas GM bersama Adnan Buyung Nasution terlihat menonjol di saat itu
namun bukanlah dua orang itulah sejatinya yang memainkan peranan
terpenting dalam reformasi Mei 1998 itu.
Yang jelas
melalui seluruh penampilannya, GM cenderung berlawanan arus dengan
Islam. Tatkala umat Islam makin bersikeras menentang eksistensi aliran
sesat Ahmadiyah dan mendesak pemerintah membubarkannya, awal 2008,
GM dan kelompoknya menentangnya dan mendirikan AKKBB (Aliansi
Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) dan memajang
iklan di harian Kompas menunjukkan eksistensinya seraya mengecam umat
Islam mainstream yang dituduhnya melanggar hak-hak asasi warga
Ahmadiyah, mengancam kebhinekaan, sekaligus menyebar kebencecian,
kekerasan, dan ketakutan di tengah masyarakat.
******* akhir kutipan ******
Dari
“latar belakang” tersebut kita dapat simpulkan bahwa kubu Goenawan
Muhammad adalah pejuang reformasi yang membawa misi pihak asing untuk
menegakkan hak asasi manusia dengan semangat kebebasan (liberalisme.
pluralisme, sekularisme) termasuk kebebasan memahami Al Qur’an dan AS
Sunnah dengan semangat kebebasan (liberalisme)
Hal
yang perlu diwaspadai oleh kaum muslim adalah kaum liberal dibelakang
Jokowi-JK karena sudah ada fatwa Majelis Ulama Indonesia No: 7/MUNAS
VII/MUI/II/2005 tentang kesesatan paham pluralisme, liberalisme dan
sekuarisme agama
Sebelumnya sejumlah aktivis Liberal
seperti Zuhairi Misrawi dan Hamid Basyaib bergabung ke lembaga underbow
PDIP Baitul Muslimin Indonesia (BMI) sebagaimana berita pada http://news.detik.com/read/2011/10/14/203542/1744557/10/
***** awal kutipan *****
Sejumlah
tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) bergabung ke Baitul Muslimin
Indonesia (Bamusi), organisasi keagamaan sayap PDI Perjuangan. Mereka
antara lain, Idham Cholied, Hamid Basyaib dan Zuhairi Misrawi.
Idham,
yang sebelumnya menjabat sekjen Partai Kebangkitan Nasional Ulama
(PKNU) ini mengatakan, alasannya bergabung ke PDI Perjuangan karena
secara kultural basis pemilih partai itu dan NU sama.
Sementara
itu, Hamid Basyaib dikenal sebagai pemimpin perusahaan konsultan
politik, mantan wartawan dan pemikir Islam Liberal. Zuhairi dikenal
sebagai direktur Moderate Muslim Society.
****** akhir kutipan ******
Kini
dedengkot liberal lainnya, Siti Musdah Mulia, akhirnya merapat juga
ke lingkaran PDIP dengan menjadi Direktur Megawati Institute.
sebagaimana yang diberitakan pada http://nasional.kompas.com/read/2013/10/09/1228038/Musdah.Mulia.Jadi.Direktur.Megawati.Institute
**** awal kutipan ****
“Hasil
rapat Pleno DPP kemarin, atas kesediaan Ibu Musdah, kami kukuhkan
Ibu Musdah sebagai Direktur Megawati Institute,” kata Tjahjo.
Tjahjo
mengatakan, Megawati Institute di bawah kepemimpinan Musdah
diharapkan terus membumikan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Seperti
diketahui, Musdah adalah aktivis perempuan, dosen, peneliti, penulis
di bidang keagamaan di Indonesia. Ia aktif dalam isu-isu demokrasi,
HAM, pluralisme, perempuan, dan civil society.
****** akhir kutipan *****
Musdah Mulia adalah professor yang menghalalkan homoseksual sebagaimana yang diberitakan pada http://insistnet.com/prof-uin-jakarta-halalkan-homoseksual/
****** awal kutipan ******
Harian
The Jakarta Post, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman mukanya
menerbitkan sebuah berita berjudul Islam ‘recognizes homosexuality’
(Islam mengakui homoseksualitas). Mengutip pendapat dari Prof. Dr. Siti
Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta, koran berbahasa Inggris itu
menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan
diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam.
Menurut
Musdah, para sarjana Muslim moderat berpendapat, bahwa tidak ada
alasan untuk menolak homoseksual. Dan bahwasanya pengecaman terhadap
homoseksual atau homoseksualitas oleh kalangan ulama aurus utama dan
kalangan Muslim lainnya hanyalah didasarkan pada penafsiran sempit
terhadap ajaran Islam.
****** akhir kutipan *****
Peniliti
Insist, Adian Husaini mengatakan perjuangan reformasi mereka adalah
mengatasnamakan hak asasi manusia dengan semangat kebebasan
(liberalism) sehingga kebablasan sebagaimana yang dimuat dalam tulisan
pada http://adianhusaini.com/index.php/daftar-artikel/10-15-tahun-reformasi-indonesia?catid_doc=10&page=1
****** awal kutipan *****
Seperti
diketahui pada era akhir dekade 1980-an, rezim Orde Baru mengubah
pendekatannya kepada umat Islam dari pola antagonistik menjadi pola
akomodatif yang ditandai dengan penyerapan (akomodasi) berbagai aspirasi
Islam ke dalam sistem dan kehidupan kenegaraan.
Sebagai
contoh adalah dicabutnya larangan berjilbab di sekolah-sekolah umum,
didirikannya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI),
didirikannya Bank Muamalat Indonesia, juga disahkannya sejumlah
Undang-Undang yang sebelumnya ditentang habis-habisan oleh kelompok
non-Islam dan sekuler: seperti UU Peradilan Agama (No. 7 tahun 1989),
UU Pendidikan Nasional (No. 2 tahun 1989), UU Perbankan (No.7 tahun
1992) yang mengakomodasi Bank Syariah, dan sebagainya.
Terlepas
dari motif politiknya, politik akomodatif rezim Orde Baru merupakan
hal yang positif dan disambut oleh kalangan Islam, yang selama dua
dekade sebelumnya menjadi obyek deislamisasi dan sekulerisasi rezim
Orde Baru.
Sayangnya rezim Orde Baru gagal memperbaiki
dirinya dalam soal kebobrokan demokrasi dan ketidakadilan ekonomi.
Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), telah menjadi kanker ganas yang
sulit disembuhkan.
Pondasi ekonomi negara yang rapuh
akhirnya tidak mampu menahan serangan badai krisis moneter dan
ekonomi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis itulah yang kemudian
semakin merajalela dan berujung pada tumbangnya Soeharto pada 21 Mei
1998.
Tentu saja tumbangnya Soeharto disambut dengan
suka cita saat itu. Kehidupan politik semakin bergairah. Sistem politik
Orde Baru yang serba tertutup, monolitik dan sentralistik digugat
habis-habisan. Era reformasi dan demokratisasi dicanangkan dan terus
digelindingkan.
Berbagai jenis paham pemikiran bebas
berkeliaran di benak publik. Penguasaan akses-akses informasi yang
sangat kuat di tangan non-muslim dan kaum sekular menyebabkan semakin
maraknya paham-paham sekuler-liberal di tengah masyarakat.
Pada
era seperti inilah, berbagai benih paham sesat dengan leluasa dan
tanpa banyak rintangan tersebar dan bersemi di tengah masyarakat
Muslim Indonesia.
Salah satu paham yang sangat marak
menyebar di Indonesia di era reformasi adalah paham liberalisme di
kalangan umat Islam, yang dikenal sebagai paham “Islam liberal”.
Paham
ini telah sangat meresahkan umat Islam Indonesia, sehingga Majelis
Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2005 mengeluarkan fatwa yang
mengharamkan paham SEKULARISME, PLURALISME, DAN LIBERALISME – yang
kemudian dikenal dengan singkatan paham “Sipilis”. Cakupan paham ini
sangat luas, meliputi liberalisasi di bidang aqidah, al-Quran, dan
syariat Islam.
Kebebasan Kebablasan
Di
era reformasi, isu Hak Asasi Manusia (HAM) semakin ramai digunakan
untuk menyuarakan berbagai jenis kebebasan. Sayangnya, isu HAM ini
seringkali digunakan untuk menjadi dasar penyebaran paham sesat dan
penetapan peraturan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Sebagai
contoh, tahun 2010, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
mendukung dicabutnya Undang-undang (UU) No 1/PNPS/1965, sebab UU
tersebut dianggap bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama
sebagaimana diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 18
tentang Kebebasan Beragama.
Padahal, UU No 1/PNPS/1965
mengatur tentang penodaan agama di Indonesia. Menurut UU ini,
sesiapa saja yang melakukan penafsiran atas ajaran agama yang
menyimpang dari ajaran-ajaran pokok suatu agama yang diakui di
Indonesia (enam agama: Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha, Konghuchu), maka dinyatakan telah melakan pidana (jinayat) dan
dapat dipenjara selama lima tahun.
Jika UU No.
1/PNPS/1965 itu dicabut, maka berbagai aliran sesat mendapatkan
peluang yang makin besar untuk berkembang di Indonesia. Kita berharap,
para aktivis HAM bersedia meletakkan al-Quran lebih tinggi ketimbang
kitab Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, sehingga tidak
meletakkan prinsip kebebasan tanpa batas, sampai melanggar ajaran
Islam. Alhamdulillah, gugatan kaum liberal itu ditolak oleh Mahkamah
Konstitusi, sehingga UU No 1/PNPS/1965 tetap berlaku.
Meskipun
gagal dalam mendukung pembatalan UU No 1/PNPS/1965, Komnas HAM masih
melakukan pembelaan terhadap prinsip-prinsip HAM sekuler, misalnya
dalam memperjuangkan hak tiap warga negara untuk melakukan praktik
perkawinan sejenis (homoseks dan lebisn) dan melakukan perkawinan beda
agama. Komnas HAM telah secara terbuka mendukung praktik nikah beda
agama (NBA).
Tahun 2005, bekerjasama dengan Indonesian
Conference on Religion and Peace (ICRP), Komnas HAM menerbitkan
sebuah buku berjudul: Pernikahan Beda Agama: Kesaksian, Argumen
Keagamaan, dan Analisis Kebijakan (editor: Ahmad Nurcholish dan Ahmad
Baso). Tahun 2010, buku ini diterbitkan lagi untuk edisi kedua.
“Bagi
ICRP, pernikahan adalah hak asasi manusia yang tidak boleh
dirintangi oleh siapa pun dan dengan alasan apa pun, sepanjang di
dalamnya tidak ada unsur pemaksaan, eksploitasi, dan diskriminasi,”
tulis Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, Ketua Umum ICRP.
Komnas
HAM meminta Kementerian Agama untuk mengimplementasikan penghapusan
praktik segala bentuk diskriminasi atas dasar etnis, ras, budaya dan
agama, terutama pencatatan perkawinan bagi pemeluk agama dan
keyakinan. Komnas HAM juga meminta agar Kompilasi Hukum Islam (KHI)
No. 1 tahun 1991 dirumuskan ulang, sehingga dapat mengakomodasi
pernikahan antara muslimah dengan laki-laki non-muslim.
Atas
nama HAM, Komnas HAM juga memberikan dukungan terhadap gerakan
Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender (LGBT). Tahun 2006, pakar HAM
internasional yang berkumpul di Yogyakarta menghasilkan “Piagam
Yogyakarta” (The Yogyakarta Principles) yang mendukung pelaksanaan
hak-hak kaum LGBT.
Walhasil, menjelang 15 tahun
perjalanan reformasi, kita kaum Muslim Indonesia, patut merenungkan
dengan serius dan mengevaluasi apa yang telah dan sedang terjadi.
Salah satu pelajaran penting: tidak sepatutnya kita dipatuk ular pada
lobang yang sama. Seyogyanya tokoh-tokoh Muslim menentukan sendiri
tujuan, sasaran, konsep, dan agenda-agenda perubahan, sesuai dengan
amanah risalah Nabi Muhammad SAW.
Tidaklah patut kaum
Muslim terjebak lagi ke dalam agenda yang seolah-olah menjanjikan
kebebasan dan kemajuan, padahal jelas-jelas merusak masyarakat dan
mengadu domba sesama Muslim.
Jargon-jargon reformasi yang digulirkan kadang tampak indah. Tapi, makna “reformasi” itu sendiri tidaklah jelas acuannya.
Bagi
Muslim, reformasi – atau perubahan apa pun – akan sia-sia jika tidak
berdasarkan pada konsep Tauhid dan bertujuan membentuk manusia dan
masyarakat yang adil dan beradab.
Umat Islam jangan
sampai tertipu dengan jargon dan janji-janji “reformasi” yang ternyata
membawa agenda liberalisasi di berbagai bidang.
Orang
Muslim yang paham dan sadar akan agenda-agenda liberalisasi, pasti
tidak rela menukar iman dan kedaulatan negaranya dengan kebebasan dan
kenikmatan duniawi yang semu. Wallahu a’lam bish-shawab
***** akhir kutipan *****
Mengapa
partai-partai politik berbasis ormas Islam sekarang dapat bersatu
padu mendukung visi misi dan program kerja pasangan Prabowo Hatta?
Padahal Jokowi sudah dicitrakan sebagai orang yang baik, sederhana bahkan dikenal sangat nurut, patuh dan taat kepada Megawati.
Jawabannya
tentulah adanya kepentingan yang sama yang mempersatukan mereka yang
disimpulkan dalam gerakan yang diberi nama “selamatkan Indonesia”
sebagaimana yang mereka uraikan pada http://selamatkanindonesia.com/
Oleh
karena sistem pemilihan langsung maka misi “selamatkan Indonesia”
harus dapat tersosialisaikan kepada seluruh rakyat pemilih dalam waktu
relatif singkat sehingga dapat merebut hati dan meyakinkan rakyat
pemilih.“
“Rakyat harus dibimbing dan didampingi untuk
benar-benar bisa memilih dengan rasional. Jangan sampai angan yang
begitu besar saat SBY muncul akan terulang kepada Jokowi, itu yang harus
disadari rakyat Indonesia” ujar pengamat Politik dari LIPI, Siti
Zuhro pada http://poskotanews.com/2014/03/18/rakyat-indonesia-terjebak-pencitraan-jokowi/
Kalau
upaya sosialisasi “selamatkan Indonesia” gagal maka akan terpilih
“petugas partai” memimpin negeri dengan membawa aspirasi dan
kepentingan partai
Wassalam
Komentar