Langsung ke konten utama

PEMISAHAN ULAMA DAN UMARA AKAN TIMBULKAN KONFLIK



BANDA ACEH - Guru Besar Ilmu Politik Fisip Universitas Indonesia (UI), Prof Dr Nazaruddin Sjamsuddin MA memaparkan pentingnya posisi ulama dan umara dalam kehidupan masyarakat Aceh. Sejarah menunjukkan, pemisahan antara ulama dan umara (ulee balang) merupakan salah satu faktor utama pemicu konflik di Aceh. “Antara ulama dengan ulee balang merupakan suatau kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Bila ulama dengan ulee balang tidak kompak lagi, maka akan memicu konflik dalam masyarakat Aceh,” ungkap Nazaruddin, dalam dialog bedah buku “Memahami Sejarah Konflik Aceh” karangan Mr SM Amin di Aula Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisipol) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Sabtu (30/8).

Acara bedah buku yang dilaksanakan Fisipol Unsyiah ini menghadirkan empat pembedah. Masing-masing Prof Dr Nazaruddin Sjamsuddin MA, Dr Phil Ichwan Azhari MS, Drs Munir Aziz MPd, dan Dr Husaini Ibrahim MA, dengan moderator Dr Hasanuddin Yusuf Adan MA. Nazararuddin Sjamsuddin mengatakan, konflik di Aceh mulai muncul saatpenjajahan Belanda memisahkanantara ulee balang dengan ulama Aceh dalam rentang waktu 1945 hingga 1949. Saat itu, katanya, Belanda merayu ulee balang untuk membenci kaum ulama untuk kepentinganpenjajah Belanda itu sendiri. Akibat rongrongan Belanda itu, ulee balang bersama dengan Balanda sama-sama memusuhi kaum ulama. Putra kelahiran Bireuen ini m
enambahkan, setelah Belanda meninggalkan Indonesia, keberadaan penjajahan Jepang di Aceh juga tidak jauh beda dengan Belanda, Jepang juga memusuhi ulama, sehingga konflik di dalam masyarakat Aceh terus berlanjut setelah Jepang meninggalkan Indonesia. Sisa-sisa konflik antara ulama dengan Ulee Balang itu terus berlanjut hingga setelah kemerdekaan Republik Indonesia. “Guna mengatasi konflik Aceh, maka ulama dengan ulee balang harus bersatu kembali,” ujar Nazaruddin Sjamsuddin.

Buku Memahami Sejarah Konflik Aceh ditulis oleh Mister Sutan Muhammad Amin (Mr SM Amin). Dalam buku ini banyak ditulis sejarah pergolakan di Aceh, antara tahun 1945 hingga 1949. Buku Memahami Sejarah Konflik Aceh itu dicetak ulang dari buku karangan Mr SM Amin berjudul ‘Atjeh Sepintas Lalu’ yang merupakan sebuah catatan pengalaman pelaku sejarah yang diterbitkan oleh Fa Archapada dengan
nama penulis Insider. Setelah ditelusuri, Insider adalah nama lain dari MR SM Amin, dan atas inisiatif ahli waris Mr SM Amin, bukuAtjeh Sepintas Lalu itu dicetak kembali dengan judul ‘Memahami Sejarah Konflik Aceh’ yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia tahun 2014. Kepala Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan
Budaya Unsyiah, Dr Husaini Ibrahim MA mengatakan, kelebihan buku “Memahami Sejarah Konflik Aceh”
dimana penulis yang bersikap jujur dalam penyampaiannya yang tidak banyak memberikan interpretasi terhadap keadaan yang berlaku pada saat itu .(serambinews)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Dayah Mudi Mesra Samalanga Kab.Bireun NAD

MUDI MESRA Adalah sebuah pesantren atau dalam istilah orang aceh disebut dengan Dayah, yang terletak didesa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireun.. Dayah ini telah berdiri sejak zaman  Sultan Iskandar Muda    dayah ini terus berkembang dan saat ini menjadi dayah terbesar di Aceh. Saat ini dayah MUDI Mesra berada di bawah pimpinan Syekh Hasanul Basri HG ( Abu MUDI) dengan jumlah santri lebih kurang 6000 orang. 1 . IDENTITAS DAYAH MUDI MESRA a. Sejarah Berdirinya Pesantren MUDI Mesra.Lembaga Pendidikan Islam Ma`hadal Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya berlokasi di desa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tepatnya di sebelah barat kota industri Lhokseumawe kira-kira 100 km. (Note: pintu gerbang komplek putra) D ayah ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya pada masa Sultan Iskandar Muda. Pimpinan dayah yang pertama d...

Hukum Main atau Menonton Sepak Bola dalam Islam

Ayo coba cari tahu dengan membaca artikel ini tentang bagaimana sih sebenarnya Main atau Nonton Bola dalam perspektif Agama Islam. boleh atau tidak sebenarnya, jangan sampai kita tidak tahu menahu kalau setiap sesuatunya, diperbolehkan atau tidak diperbolehkannya paling tidak ada sebuah alasan tersendiri disana dalam islam, berikut penjelasan dari Syaikh Abuya Muda Waly Al Khalidy. Main bola itu kalau dengan tidak meninggalkan sembahyang dan tidak terbuka aurat dan bukan untuk mencari uang dan bukan untuk bertanding yang membawa kerusakan dan tidak pula merusakkan marwah maka kalau seperti yang telah tersebut itu hukumnya adalah harus (boleh) tetapi kalau ada salah satu yang tersebut di atas itu maka hukumnya haram. Nashnya dalam kitab Syarqawi juzuk 2 nomor 424 : قوله وبندق) اى يرمى به إلى حفرة ونحوها به والمراد ما يؤكل ويلعب به فى العيد . أما بندق الرصاص والطين فتصح المسابقة عليه ولو بعوض خلافا للمصنف كما سيأتى لأن له نكاية فى الحرب أشد من السهام (قوله وعوم) اى...

Dayah tertua di KOTA LANGSA

Dayah Darul Huda didirikan oleh ulama yang dikenal dengan sebutan Abi Sungai Paoh, dengan nama lengkap Tgk H Usman Basyah (alm) pada tahun 1962 di Gampong Sungai Paoh Kota Langsa. Abi Sungai Paoh lahir di Geudong, Aceh Utara, tahun 1936.  Abi Sungai Paoh meninggal dunia pada tahun 2004, dan mewariskan Dayah Darul Huda pada putranya Tgk H Syeh Muhajir Usman S Ag LLM, anak ke lima dari sembilan bersaudara. Selama 52 tahun berdiri, dayah tersebut telah melahirkan sedikitnya 2.000 lebih alumni dari berbagai pelosok daerah di Aceh dan luar daerah Serambi Mekkah ini. Tgk H Syeh Muhajir Usman yang lahir pada 15 Maret 1975 itu akrap dipanggil Tgk Syeh. Di bawah pimpinan Tgk Syeh, dayah tersebut telah berkembang dengan pesat. Saat ini santri di Dayah Darul Huda ini mencapai 400 orang lebih dengan pengajar tetap 35 orang, serta guru tidak tetap 23 orang. Karir pendidikan Tgk Syeh antara lain, tahun 1981 hingga 1993 pertama kali menjadi santri yang dipimpin ayahandanya (D...