Setiap ilmu yang kita pelajari ada permulaannya maka permulaan tiap-tiap ilmu ada sepuluh, sepertimana disebut pada sya’ir :
إن مبادى كل فن عشرة * الحد والمضوع ثم الثمره
وفضله ونسبة والواضع * والاسم الاستمداد حكم الشارع
مسائل والبعض بالبعض اكتفى * ومن درى الجميع حاز الشرفا
وفضله ونسبة والواضع * والاسم الاستمداد حكم الشارع
مسائل والبعض بالبعض اكتفى * ومن درى الجميع حاز الشرفا
Permulaan tiap-tiap ilmu ada sepuluh; pengenalannya, tempat perbahasannya, fa-idah mempelajarinya, kelebihannya, bandingannya dengan ilmu yang lain, orang yang mula-mula membukukannya, namanya, tempat keluar, hukum syarak mempelajarinya, dan masalah yang dibahaskan; Sebahagian permulaan ilmu memadai dengan sebahagiannya, sesiapa yang mengetahui sekaliannya mendapat kemulian yang besar.
Tauhid menurut bahasa, mengetahui suatu itu tunggal.
Kata “Tauhid” adalah bentuk mashdar dari kata wahhada – yuwahhidu – tauhiid
Tauhid pada istilah, ilmu yang membahas tentang ‘aqidah menurut agama dengan dalil-dalil yang diyakini atau ilmu penyelidikan tentang aqidah menurut agama dengan keterangan yang diyakini.
Definisi Tauhid pernah kita temukan dalam tiga katagori:
Tauhid pada istilah, ilmu yang membahas tentang ‘aqidah menurut agama dengan dalil-dalil yang diyakini atau ilmu penyelidikan tentang aqidah menurut agama dengan keterangan yang diyakini.
Definisi Tauhid pernah kita temukan dalam tiga katagori:
Menurut Lughat, ethymologi (asal kata)
اَلْعِلْمُ بِاَ نَّ الشَّيئِ وَاحِدٌ…شرح جوهر التو حيد ….
Artinya; Mengetahui bahawa sesuatu itu adalah satu.
Menurut Syar’an, Terminologi / Religi :
عِلْمٌ يَقْتَدِ رُ بِهِ عَلَى اِشْبَاتِ الْعَقَائِدِ الدِّ يْنِيَّةِ مُكْتَسَبٌ مِنْ اَدِلَّتِهَا اَلْيَقِنِيَّةِ… شرح جوهر التو حيد ….
Artinya; Ilmu yang menetapkan ‘aqidah agama Islam yang di ambil dari dalil-dalil yang yaqin.
Menurut Syar’i :
Menurut Syar’i :
اِفْرَادُ الْمَعْبُوْدِبِالْعِبَادَةِ مَعَ اِعْتِقَادِ وَحْدَتِهِ وَالتَّصْدِيْقِ بِهَا ذَاتًا وَصِفَا تًا وَاَفْعَالاً… شرح جوهر التو حيد ….
Maudhu’ / Tempat perbahasan / sasaran ilmu ini ialah :
Dzat Allah SWT (wajib, mustahil dan harus pada akal bagi تعالى الله )
Dzat Rasul wajib, mustahil dan harus pada akal bagi Rasulullah
Barang yang mumkinul wujud
Aqidah Sam’iyyah (alam ini dengan sekira-kira ada yang menciptanya)
Tsamrah / Buah / Hasil / Faidah : mengetahui ilmu ini supaya .
Ma’rifat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya disertai dengan dalil-dalil yang yaqin ( yang tidak dapat disangkal/dibantah)
Dzat Allah SWT (wajib, mustahil dan harus pada akal bagi تعالى الله )
Dzat Rasul wajib, mustahil dan harus pada akal bagi Rasulullah
Barang yang mumkinul wujud
Aqidah Sam’iyyah (alam ini dengan sekira-kira ada yang menciptanya)
Tsamrah / Buah / Hasil / Faidah : mengetahui ilmu ini supaya .
Ma’rifat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya disertai dengan dalil-dalil yang yaqin ( yang tidak dapat disangkal/dibantah)
Menentukan kebahagiaan yang abadi di akhirat, bahwa tempat kembali seluruh mukminin (orang yang bertauhid) adalah syurga. Sekalipun yang bermaksyiat (setelah mendapat ampunan dari Allah SWT, atau telah menjalani hukuman di akhirat). Dan tempat kembali orang kafir adalah Neraka.
Di dalam kitab “Hasyiyah ad-Dasuqi ‘ala Ummi al-Barahin” karya Syeikh Muhammad Dasuqi halaman 83 diterangkan bahwa:
Di dalam kitab “Hasyiyah ad-Dasuqi ‘ala Ummi al-Barahin” karya Syeikh Muhammad Dasuqi halaman 83 diterangkan bahwa:
و اعلم أن من اعتقد أن الله جسم كالأجسام فهو كافر و من اعتقد أنه جسم لا كالأجسام فهو عاص غير كافر و الاعتقاد الحق اعتقاد أن الله ليس بجسم و لا صفة و لا يعلم ذاته الا هو
Artinya:
” Dan hendaklah kalian ketahui bahwa sesungguhnya barangsiapa meyakinkan Allah itu seperti jisim (bentuk suatu makhluk) sebagaimana jisim-jisim lainnya, maka orang tersebut hukumnya kafir (orang yang kufur dalam aqidah, bukan orang murtad). Dan barangsiapa meyakinkan bahwa Dia seperti jisim, namun tidak seperti jisim-jisim lainnya, maka orang tersebut adalah orang yang durhaka, bukan kafir. Adapun keyakinan (i’tiqad) yang benar adalah keyakinan yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah itu bukan jisim dan bukan pula shifat. Tidak ada seorang makhluk pun yang dapat mengetahui dzat Allah terkecuali hanya Dia semata”.
Fadhlu / Keutamaan : Ilmu ini terlebih mulia daripada segala ilmu karena ia membahaskan zat الله dan segala rasulnya (karena bertalian dengan Dzat Allah SWT dan Rasul-Nya)
Nisbah / hubungan Ilmu ini dengan ilmu lain : merupakan asas segala ilmu dan ilmu yang lain sebagai cabangnya.
Wadhi’ / Orang yang pertama sekali mengumpulkan / penggagas / pelopor :. Ilmu Tauhid pada dasarnya adalah dari para Nabi dan Rasul, berdasarkan dari wahyu Allah SWT. Diajarkan secara sistematis oleh Nabi Muhamad SAW. Kemudian disusun dan dibukukan pertama kali oleh; Abu Hasan Al-Asy’ary (260 H-330 H / 873 M-947 M) serta pengikutnya dan oleh Abu Manshur al-Ma’turidy (238 H-333 H / 852-954 M) serta pengikutnya, yang dinamakan golongan an-Najiyyah, (golongan ahlussunah dan golongan asy-Sya’irah)
Nama : Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid. Pernah juga ditemukan dengan nama ilmu kalam, fikhul akbar dan ilmu ushuludin, Ilmu ‘Aqa’id atau ‘Aqa’idul Iman, Ilmu Haqiqat, Ilmu ma’rifat.
Istimdad (sumber pengambilan ilmu Tauhid) :
Artinya:
” Dan hendaklah kalian ketahui bahwa sesungguhnya barangsiapa meyakinkan Allah itu seperti jisim (bentuk suatu makhluk) sebagaimana jisim-jisim lainnya, maka orang tersebut hukumnya kafir (orang yang kufur dalam aqidah, bukan orang murtad). Dan barangsiapa meyakinkan bahwa Dia seperti jisim, namun tidak seperti jisim-jisim lainnya, maka orang tersebut adalah orang yang durhaka, bukan kafir. Adapun keyakinan (i’tiqad) yang benar adalah keyakinan yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah itu bukan jisim dan bukan pula shifat. Tidak ada seorang makhluk pun yang dapat mengetahui dzat Allah terkecuali hanya Dia semata”.
Fadhlu / Keutamaan : Ilmu ini terlebih mulia daripada segala ilmu karena ia membahaskan zat الله dan segala rasulnya (karena bertalian dengan Dzat Allah SWT dan Rasul-Nya)
Nisbah / hubungan Ilmu ini dengan ilmu lain : merupakan asas segala ilmu dan ilmu yang lain sebagai cabangnya.
Wadhi’ / Orang yang pertama sekali mengumpulkan / penggagas / pelopor :. Ilmu Tauhid pada dasarnya adalah dari para Nabi dan Rasul, berdasarkan dari wahyu Allah SWT. Diajarkan secara sistematis oleh Nabi Muhamad SAW. Kemudian disusun dan dibukukan pertama kali oleh; Abu Hasan Al-Asy’ary (260 H-330 H / 873 M-947 M) serta pengikutnya dan oleh Abu Manshur al-Ma’turidy (238 H-333 H / 852-954 M) serta pengikutnya, yang dinamakan golongan an-Najiyyah, (golongan ahlussunah dan golongan asy-Sya’irah)
Nama : Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid. Pernah juga ditemukan dengan nama ilmu kalam, fikhul akbar dan ilmu ushuludin, Ilmu ‘Aqa’id atau ‘Aqa’idul Iman, Ilmu Haqiqat, Ilmu ma’rifat.
Istimdad (sumber pengambilan ilmu Tauhid) :
Tempat terbit ilmu ini daripada al-Quran, hadis dan akal
Hukum mempelajarinya fardhu ain (individu) kepada seluruh mukallaf agar mempelajari ilmu Tauhid dan bertauhid. Oleh karena sasaran mempelajari ilmu Tauhid dan berTauhid adalah seluruh mukalaf dan bersipat individu maka sekalipun orang kafir (yang sehat akalnya) akan dimintakan pertanggung jawabanya mengenai kewajiban mempelajari ilmu Tauhid dan bertauhid oleh Allah SWT. (Al-Qur’an Suarat al-Baqarah ayat 21.[Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa]),
Masalah yang dibahaskan adalah Qadhiyah, logika perkara yang wajib, jaiz (mumkinat) dan mustahil pada zat الله dan rasul-rasul dan membahaskan perkara yang didengar daripada nabi.
Hukum mempelajarinya fardhu ain (individu) kepada seluruh mukallaf agar mempelajari ilmu Tauhid dan bertauhid. Oleh karena sasaran mempelajari ilmu Tauhid dan berTauhid adalah seluruh mukalaf dan bersipat individu maka sekalipun orang kafir (yang sehat akalnya) akan dimintakan pertanggung jawabanya mengenai kewajiban mempelajari ilmu Tauhid dan bertauhid oleh Allah SWT. (Al-Qur’an Suarat al-Baqarah ayat 21.[Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa]),
Masalah yang dibahaskan adalah Qadhiyah, logika perkara yang wajib, jaiz (mumkinat) dan mustahil pada zat الله dan rasul-rasul dan membahaskan perkara yang didengar daripada nabi.
Komentar