JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Pangi Sarwi Chaniago, mengatakan bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah mewariskan tradisi politik yang baik di Tanah Air dengan bersedia bertemu presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi).
"Pertemuan kedua calon presiden yang sama-sama bersaing pada pilpres lalu perlu diapresiasi, ini tradisi politik yang baik dan harus diwariskan kedepan," kata Pangi di Jakarta, Jumat (17/10/2014), seperti dikutip Antara.
Menurut dia, fenomena ini tidak terjadi pada Pilpres 2009 antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri. Pertemuan Prabowo dan Jokowi menyiratkan hubungannya telah cair, dalam hal ini juga ingin memberikan pesan Prabowo telah legawa dan menjadi pribadi yang negarawan.
Ia mengatakan, walaupun pertemuan itu baru terjadi beberapa hari menjelang pelantikan Jokowi sebagai Presiden RI 2014-2019, hal ini menunjukkan bahwa proses transisi kepemimpinan yang cukup baik.
Namun, yang perlu diperhatikan bukan berarti sikap politik Koalisi Merah Putih di parlemen akan otomatis berubah. Menurut dia, dapat dipastikan Koalisi Merah Putih akan tetap solid dan kritis sebagai penyeimbang di parlemen karena mereka tidak mendapatkan apa-apa.
Namun, tambah Pangi, gesekan antarpendukung Prabowo dan Jokowi dipastikan akan berkurang dan lebih mencair karena kedua tokoh puncak sudah bertemu dan mencairkan ketegangan yang terjadi selama ini.
Ia menyinggung tradisi politik di Amerika Serikat antara Barack Obama dan Jhon McCain. Seusai Obama ditetapkan sebagai pemenang, McCain langsung memberikan selamat dan mengajak semua pihak bersama-sama menggerakkan roda pembangunan.
Komentar